Pasar
Kapitalisasi Pasar Modal Indonesia Masih Terbelakang Dibanding Negara Tetangga
2025-01-02

Pada awal perdagangan tahun 2024 di Bursa Efek Indonesia (BEI), Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar menyampaikan bahwa kapitalisasi pasar modal Indonesia masih tertinggal dibandingkan dengan negara-negara tetangga. Meskipun nilai kapitalisasi pasar meningkat hingga Rp12,3 ribu triliun dan mencapai 56% dari PDB, angka ini masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan India, Thailand, dan Malaysia. Situasi ini menunjukkan tantangan yang dihadapi oleh pasar modal Indonesia dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.

Analisis Kapitalisasi Pasar Modal Indonesia pada Awal Tahun 2024

Pada hari Kamis, 2 Januari 2025, di tengah suasana pembukaan perdagangan perdana di BEI, Mahendra Siregar mengungkapkan bahwa rasio kapitalisasi pasar modal terhadap PDB Indonesia masih berada di bawah standar regional. Di akhir tahun 2024, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di level 7.079,91, turun sebesar 2,6% dari tahun sebelumnya. Indeks LQ45, yang mencakup saham-saham perusahaan terbesar dan paling likuid, bahkan mengalami penurunan lebih drastis hingga 15,6%. Meski demikian, rasio kapitalisasi pasar modal terhadap PDB Indonesia telah tumbuh menjadi 56%, namun masih kalah jauh dari negara-negara seperti India (140%), Thailand (101%), dan Malaysia (97%).

Rasio kapitalisasi pasar modal terhadap PDB, dikenal juga sebagai Buffett Indicator, adalah ukuran penting untuk menilai valuasi pasar secara keseluruhan. Menurut Warren Buffett, rasio ini merupakan salah satu indikator terbaik untuk menilai kondisi pasar pada suatu waktu. Namun, pasar modal Indonesia masih menghadapi beberapa hambatan struktural, termasuk volatilitas tinggi, terbatasnya jumlah issuers dan produk keuangan, serta basis investor yang masih kecil. Hal ini mempengaruhi kontribusi pasar modal terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.

Mahendra menegaskan bahwa OJK akan terus berupaya mengembangkan pasar modal untuk mendukung target pertumbuhan ekonomi Indonesia. Meskipun ada tantangan, langkah-langkah pengembangan ini diharapkan dapat meningkatkan daya saing pasar modal Indonesia di kancah regional.

Dari perspektif seorang jurnalis, informasi ini menyoroti pentingnya reformasi struktural dalam pasar modal Indonesia. Upaya ini tidak hanya akan meningkatkan stabilitas dan efisiensi pasar, tetapi juga memperkuat posisi Indonesia dalam kompetisi ekonomi global. Langkah-langkah konkret harus diambil untuk mengatasi isu-isu yang dihadapi, sehingga pasar modal dapat berkontribusi lebih besar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.

More Stories
see more