Penelitian terbaru mengungkapkan bahwa individu dengan status sosial ekonomi yang lebih tinggi ternyata memiliki risiko yang lebih besar terkena beberapa jenis kanker, termasuk kanker payudara dan prostat. Penemuan ini menantang pemahaman sebelumnya bahwa orang berpenghasilan rendah lebih rentan terhadap penyakit mematikan ini. Studi ini menganalisis data dari 280.000 warga Finlandia berusia antara 35 hingga 80 tahun, mencakup informasi kesehatan, status sosio-ekonomi, dan genomik mereka. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara pendidikan, akses ke layanan kesehatan, dan insiden kanker.
Individu dengan latar belakang pendidikan dan penghasilan yang lebih baik cenderung memiliki pola hidup yang mendukung deteksi dini kanker. Akses yang lebih baik ke layanan kesehatan, literasi kesehatan yang lebih tinggi, serta gaya hidup yang minim risiko seperti tidak merokok atau mengonsumsi alkohol berlebihan, semuanya berkontribusi pada peningkatan deteksi kanker. Penelitian ini juga menyoroti bahwa faktor usia berperan penting dalam meningkatkan risiko kanker, karena individu berpenghasilan tinggi cenderung bertahan hidup lebih lama dan menjadi cukup tua untuk mengidap kanker.
Para ahli menjelaskan bahwa individu berpendidikan lebih tinggi biasanya memiliki akses yang lebih baik ke layanan kesehatan preventif dan skrining. Hal ini memungkinkan mereka untuk mendeteksi kanker lebih awal, sehingga meningkatkan peluang diagnosis. Dr. Fiona Hagenbeek menyebutkan bahwa insiden kanker yang lebih tinggi di kalangan individu berpenghasilan tinggi dapat disebabkan oleh fakta bahwa mereka tidak meninggal karena penyakit lain di usia yang lebih muda. Selain itu, penelitian ini juga menunjukkan bahwa perilaku skrining kesehatan adalah salah satu faktor utama yang mempengaruhi hasil ini. Dr. Elisa Port dari Mount Sinai Health System menambahkan bahwa skrining yang lebih sering dilakukan pada kanker payudara dan prostat memungkinkan deteksi yang lebih dini dan lebih banyak kasus yang teridentifikasi.
Studi ini juga menunjukkan bahwa individu dengan pendidikan rendah memiliki risiko yang lebih besar terkena artritis reumatoid, kanker paru-paru, depresi, alkoholisme, dan diabetes tipe 2. Faktor-faktor seperti kurangnya akses ke layanan kesehatan, asuransi, dan skrining dini berkontribusi pada beban kanker yang lebih tinggi di kalangan kelompok ini. Penelitian ini memberikan perspektif baru tentang bagaimana status sosial ekonomi dan pendidikan mempengaruhi risiko kanker.
Para peneliti telah lama mengamati bahwa orang-orang berpenghasilan rendah cenderung memiliki beban kanker yang tidak merata. Kurangnya asuransi dan akses terbatas ke layanan pencegahan, skrining, dan pengobatan membuat mereka lebih rentan terhadap berbagai jenis kanker. Namun, studi ini menyoroti bahwa ada perbedaan signifikan dalam jenis kanker yang diderita oleh kelompok berpendidikan tinggi dan rendah. Misalnya, orang dengan pendidikan lebih tinggi memiliki risiko lebih besar terkena kanker payudara dan prostat, sementara mereka dengan pendidikan rendah lebih rentan terhadap kanker paru-paru dan diabetes tipe 2. Temuan ini menunjukkan bahwa intervensi khusus diperlukan untuk mengatasi ketidaksetaraan dalam akses layanan kesehatan dan deteksi dini kanker.