Pada perdagangan awal tahun 2025, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan penguatan signifikan sebesar 1,18%, menetap di level psikologis 7.163,20. Meskipun demikian, nilai tukar rupiah masih mengalami penurunan dan berada di posisi Rp16.190 per dolar AS. Analis ekuitas dari CNBC Indonesia Research menjelaskan bahwa salah satu faktor yang mendorong kenaikan ini adalah pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 12% hanya pada barang dan jasa mewah. Selain itu, saham-saham perbankan juga mengalami penguatan, didorong oleh optimisme investor terhadap berbagai stimulus dari pemerintah.
Pada hari Kamis, di awal tahun 2025, bursa saham Jakarta menyaksikan penguatan yang cukup signifikan. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup dengan kenaikan 1,18%, mencapai level 7.163,20. Peningkatan ini terjadi di tengah kondisi nilai tukar rupiah yang masih lesu, bergerak di angka Rp16.190 per dolar AS. Salah satu analis ekuitas senior menekankan bahwa sentimen positif ini dipengaruhi oleh kebijakan pajak baru yang hanya berlaku untuk barang dan jasa mewah. Di samping itu, saham-saham perbankan juga mengalami penguatan, memberikan dorongan lebih lanjut bagi pasar. Investor tampaknya merespons baik terhadap berbagai stimulus yang diberikan oleh pemerintah.
Dari perspektif seorang jurnalis, penguatan IHSG ini menunjukkan adanya keyakinan investor terhadap prospek ekonomi Indonesia di tahun 2025. Meskipun rupiah masih mengalami tekanan, langkah-langkah kebijakan yang efektif dapat membantu memperkuat stabilitas ekonomi. Hal ini juga mengingatkan pentingnya keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan stabilitas moneter untuk mendukung iklim investasi yang sehat.