Pasar
Penguatan IHSG Ditopang Penurunan Suku Bunga BI: Analisis dan Dampaknya
2025-01-16
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatat kenaikan signifikan di akhir perdagangan Kamis, 16 Januari 2025. Penguatan ini terjadi sebagai respons positif terhadap kebijakan Bank Indonesia yang memangkas suku bunga acuan. Meski sempat mendekati level psikologis 7.200, IHSG berakhir di posisi 7.107,52 dengan peningkatan 0,39%. Transaksi mencapai Rp 13 triliun, melibatkan 17 miliar saham, dan sektor properti menjadi penopang utama.
Momen Penting untuk Investasi Saham di Indonesia
Faktor-Faktor yang Mendorong Penguatan IHSG
Pada akhir perdagangan Kamis, 16 Januari 2025, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penguatan sebesar 0,39% dan ditutup di posisi 7.107,52. Meskipun sempat mendekati level psikologis 7.200, IHSG tetap berada di zona hijau hingga akhir sesi. Hal ini menunjukkan bahwa pasar merespons positif kebijakan Bank Indonesia (BI) yang memangkas suku bunga acuan.Nilai transaksi indeks mencapai sekitar Rp 13 triliun, melibatkan 17 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 1,6 juta kali. Ini menunjukkan aktivitas perdagangan yang cukup tinggi, dengan 289 saham menguat, 302 saham melemah, dan 209 saham stagnan. Sektor properti menjadi penopang terbesar IHSG di akhir perdagangan hari itu, mencapai 0,95%.Dampak Penurunan Suku Bunga Acuan BI
Penurunan suku bunga acuan BI (BI-Rate) sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,75% menjadi salah satu faktor utama yang mendorong penguatan IHSG. Ini adalah penurunan pertama di tahun 2025. Sebelumnya, BI juga telah memangkas suku bunga sebesar 25 bps pada September 2024. Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan bahwa keputusan ini dilakukan sesuai dengan pandangan bank sentral 'prostabilityandprogrowth', yang bertujuan untuk mempertahankan stabilitas dan mendorong pertumbuhan ekonomi.Dalam paparan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI, Perry menyatakan bahwa dinamika global dan domestik menjadi pertimbangan utama dalam pengambilan keputusan ini. Dinamika global mencakup arah kejelasan kebijakan pemerintah AS dan Fed Fund Rate (FFR). Perry memperkirakan bahwa penurunan FFR pada tahun ini hanya akan terjadi satu kali, yang memungkinkan BI untuk memperkirakan arah pergerakan dolar indeks (DXY).Kestabilan Ekonomi Domestik dan Prospek Masa Depan
Selain faktor global, kondisi ekonomi domestik juga menjadi pertimbangan penting dalam penurunan suku bunga ini. Perry mengatakan bahwa inflasi dalam negeri cukup rendah dan diproyeksikan akan tetap rendah di masa mendatang. Dengan inflasi yang rendah, ruang untuk penurunan suku bunga masih terbuka lebar. Selain itu, BI yakin bahwa nilai tukar rupiah saat ini tetap stabil dan sejalan dengan nilai fundamentalnya.Pertimbangan terakhir yang disampaikan oleh Perry adalah data survei ekonomi BI. Data ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi pada tahun 2024 sedikit lebih rendah dari 5%, tetapi masih di atas 5,1%. Untuk tahun 2025, proyeksi pertumbuhan ekonomi berada di kisaran 4,7%-5,5%. Keputusan penurunan suku bunga ini diambil untuk menciptakan cerita pertumbuhan ekonomi yang lebih baik di masa depan.Saham-Saham Penopang Utama IHSG
Beberapa saham menjadi penopang utama penguatan IHSG pada akhir perdagangan Kamis. PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) menjadi penopang terbesar dengan kontribusi 19,3 indeks poin. Selain BREN, saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) juga memberikan dukungan sebesar 11,3 indeks poin, kemudian saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) sebesar 10,3 indeks poin, dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) sebesar 3,2 indeks poin.Kebijakan penurunan suku bunga acuan BI tidak hanya memberikan dampak positif bagi saham-saham tersebut, tetapi juga meningkatkan kepercayaan investor terhadap pasar modal Indonesia. Ini membuka peluang investasi yang lebih luas dan menarik bagi para pemegang saham.