Pasar
Penguatan Dolar AS Imbas Data Inflasi, Rupiah Melemah
2025-01-16

Data inflasi terbaru dari Amerika Serikat (AS) yang menunjukkan peningkatan telah mempengaruhi nilai tukar mata uang global. Di Indonesia, rupiah mengalami tekanan dan melemah terhadap dolar AS. Selain itu, laporan inflasi inti di AS juga memberikan indikasi tentang arah kebijakan moneter Federal Reserve (Fed) dalam beberapa bulan mendatang.

Penurunan Nilai Rupiah Terhadap Dolar AS

Rupiah mengalami penurunan nilai pada perdagangan hari Kamis, seiring dengan data inflasi konsumen AS yang naik. Mata uang Indonesia ditutup melemah 0,25% menjadi Rp16.355 per dolar AS. Ini melanjutkan tren pelemahan dari hari sebelumnya yang mencapai 0,34%. Meskipun indeks dolar AS/DXY turun tipis, rupiah tetap merasakan dampak negatif dari laporan ekonomi AS.

Pada hari ini, setelah AS merilis data inflasi konsumen yang meningkat, rupiah kembali mengalami tekanan. Tingkat inflasi tahunan di AS naik menjadi 2,9% pada Desember 2024 dari 2,7% pada November, sesuai dengan ekspektasi pasar. Kenaikan ini dipengaruhi oleh efek dasar rendah dari tahun sebelumnya, terutama untuk sektor energi. Selain itu, tingkat inflasi inti harga konsumen turun sedikit menjadi 3,2%, lebih rendah dari prediksi pasar. Indeks tempat tinggal, yang merupakan komponen utama inflasi, naik 4,6% selama setahun terakhir, mencatat kenaikan tahunan terkecil sejak Januari 2022.

Implikasi Data Inflasi bagi Kebijakan Fed

Laporan inflasi AS memiliki implikasi penting bagi kebijakan bank sentral. Para ekonom memperkirakan bahwa laporan mendatang tentang Indeks Harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) akan menunjukkan pelambatan, bahkan mungkin turun di bawah target 2% yang ditetapkan oleh Fed. PCE digunakan sebagai acuan target inflasi oleh bank sentral, dan pejabat Fed memperkirakan pelambatan yang signifikan dalam beberapa bulan pertama tahun ini.

Kenaikan inflasi inti yang lebih rendah menunjukkan bahwa proses disinflasi masih berjalan. Presiden Fed Richmond, Thomas Barkin, menyatakan bahwa inflasi bergerak menuju target. Sementara itu, Presiden Fed New York, John Williams, menegaskan bahwa proses disinflasi tetap berlangsung. Fed diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuannya dalam kisaran 4,25%-4,50% pada pertemuan kebijakan berikutnya pada 28-29 Januari. Hal ini dilakukan setelah menurunkan suku bunga sebesar satu poin persentase penuh dalam tiga pertemuan terakhir tahun 2024. Keputusan ini bertujuan untuk menjaga stabilitas ekonomi dan mengendalikan inflasi.

More Stories
see more