Pasar
Permintaan Ritellah Turun 5%, SIG Oversupply 100% di Indonesia
2024-12-04
Jakarta, CNBC Indonesia - PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. atau SIG saat ini sedang menghadapi masalah kelebihan pasokan (oversupply) yang terus meningkat. Direktur Utama SIG, Donny Arsal, mengungkapkan bahwa kapasitas produksi perusahaan pelat merah mencapai 122 juta ton, sedangkan permintaan hanya 65 juta ton. Hal ini menyebabkan SIG mengalami oversupply hingga 100%.
SIG: Di tengah Oversupply dan Penurunan Permintaan
Penurunan Permintaan Akibat Pandemi
Donny Arsal menyatakan bahwa penurunan permintaan semen dimulai ketika pandemi Covid-19 merebak. Saat ini, permintaan hanya bergerak di kisaran 60 sampai 65 juta ton, sementara kapasitas produksi tetap berada pada 122 juta ton. Dan itu bahkan mungkin akan bertambah lagi di masa depan.Dalam situasi ini, SIG harus menghadapi tantangan besar untuk mengatur pasokan dan memastikan keseimbangan antara produksi dan permintaan. Hal ini menjadi tantangan penting bagi perusahaan untuk mengoptimalkan operasi dan mengelola ketersediaan produk.Segmen Ritel sebagai Faktor Utama
Donny juga mengidentifikasi segmen ritel sebagai faktor utama yang menyebabkan penurunan permintaan semen di SIG. Dalam presentasinya, dia memaparkan bahwa segmen ritel menyumbang sekitar 70% dari permintaan perusahaan sampai September. Namun, jumlah permintaan tersebut sudah menurun hingga 5%.Ini menunjukkan bahwa perubahan dalam segmen ritel memiliki dampak signifikan pada permintaan semen SIG. Perusahaan harus berusaha untuk memahami tren dan preferensi konsumen di segmen ritel ini dan mengadaptasi strateginya sesuai dengan perubahan tersebut.Peran Proyek Pembangunan
Selain segmen ritel, proyek pembangunan juga memiliki peran penting dalam permintaan semen SIG. Namun, proyek pembangunan hanya menyumbang demand sekitar 20% hingga 30% untuk pendapatan SIG. Dan Donny juga menyampaikan bahwa partisipasi SIG sudah berkurang dalam proyek pembangunan.Ini mengindikasikan bahwa SIG perlu mencari cara untuk meningkatkan partisipasi dalam proyek pembangunan untuk meningkatkan pendapatan dan mengatasi masalah oversupply. Perusahaan harus mencari kesempatan baru dan membangun aliansi dengan para pemangku kepentingan lain.Efek pada Harga dan Volume
Donny jelas bahwa perubahan dalam permintaan dan oversupply juga berpengaruh pada harga dan volume penjualan SIG. Karena permintaan di segmen ritel turun 5%, harganya juga ikut terdorong ke bawah. Dan itu mengakibatkan performa SIG dibanding tahun lalu turun dari sisi average selling price dan volume.Ini menjadi tantangan bagi SIG untuk mengelola harga dan volume penjualan dengan cermat. Perusahaan harus mencari cara untuk mengoptimalkan harga dan volume untuk meningkatkan profitabilitas dan mengatasi tantangan oversupply.Untuk diketahui, SIG membukukan laba kuartal III-2024 mengalami penurunan 42% menjadi Rp 501 juta dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini menjadi bukti nyata tentang dampak dari oversupply dan penurunan permintaan pada perusahaan.SIG harus terus berusaha untuk mengatasi tantangan-tantangan ini dan mencari solusi yang tepat. Dengan memahami tren pasar, mengoptimalkan operasi, dan mencari kesempatan baru, SIG dapat menghadapi masa depan dengan lebih baik.