Pasar
Pidato The Fed Menentukan Tekanan Rupiah terhadap Dolar<answer>Pidato The Fed Menentukan Tekanan Rupiah terhadap Dolar
2024-12-04
Jakarta, CNBC Indonesia – Dalam kondisi yang cukup menarik, rupiah mengalami perubahan tipis terhadap dolar AS. Saat ini, prospek pemangkasan suku bunga bank sentral AS (The Fed) bulan ini menjadi faktor penting yang mempengaruhi nilai tukar rupiah.
Perubahan Nilai Rupiah: Hubungan dengan Kebijakan Moneter The Fed
Rupiah Menguat di Awal
Dilansir dari Refinitiv, rupiah dibuka dengan sedikit kenaikan, yaitu 0,03% dan berada pada angka Rp15.930/US$. Namun, hanya dalam waktu kurang dari 10 menit sejak perdagangan dibuka, rupiah mengalami terpuruk hingga mencapai level Rp15.970/US$. Ini menunjukkan bahwa kondisi pasar rupiah cukup volatil dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk prospek kebijakan moneter The Fed.Dalam perjalanan perdagangan, DXY pada pukul 08:58 WIB naik sedikit sebanyak 0,03% dan berada di angka 106,39. Hal ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan posisi kemarin yang berada di angka 106,36. Kondisi ini juga memberikan indikasi tentang perubahan nilai tukar global dan dampaknya pada rupiah.Pelemahan Nilai Tukar Rupiah
Pelemahan nilai tukar rupiah bersamaan dengan sikap investor yang masih menunggu arah kebijakan moneter The Fed terkait pemangkasan suku bunga Bank sentral AS. Salah satu faktor yang menjadi perhatian adalah pidato Jerome Powell yang dijadwalkan pada Kamis (5/12/2024) dini hari. Para investor akan menunggu dengan tekun apa yang akan diungkapkan oleh pejabat The Fed dalam pidato tersebut.Sebelumnya, dalam notulen dari pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) November, pejabat The Fed menyampaikan bahwa inflasi sedang melambat dan pasar tenaga kerja tetap kuat. Hal ini memungkinkan adanya pemotongan suku bunga lebih lanjut meskipun dilakukan secara bertahap. Ringkasan pertemuan tersebut mengandung beberapa pernyataan yang menunjukkan bahwa para pejabat merasa nyaman dengan laju inflasi, meskipun inflasi masih berada di atas target 2% yang ditetapkan oleh Fed.Dengan kondisi lapangan pekerjaan yang cukup solid, anggota FOMC menunjukkan bahwa kemungkinan pemotongan suku bunga lebih lanjut akan dilakukan, meskipun mereka tidak menentukan kapan dan seberapa besar. "Dalam membahas prospek kebijakan moneter, peserta memperkirakan bahwa jika data sesuai dengan harapan, dengan inflasi yang terus menurun secara berkelanjutan menuju 2% dan ekonomi tetap berada dekat dengan kondisi pekerjaan maksimum, maka kemungkinan besar akan tepat untuk bergerak secara bertahap menuju kebijakan yang lebih netral dari waktu ke waktu," kata notulen tersebut.Kendati demikian, sebesar 27,1% pelaku pasar berdasarkan survei CME FedWatch Tool berekspektasi bahwa The Fed masih akan menahan suku bunganya di level 4,50-4,75%. Jika hal ini benar terjadi, maka tekanan terhadap rupiah akan kembali terjadi.CNBC INDONESIA RESEARCH(rev/rev)Saksikan video di bawah ini:Video: Masih Penuh Tekanan, IHSG “Terancam” Merosot ke Level 7.000-anNext ArticleKabar Baik Datang Dari AS, Rupiah Siap Menguat Lagi!