Para ahli astronomi telah memperkirakan bahwa asteroid Bennu memiliki peluang kecil untuk berinteraksi dengan Bumi pada tahun 2182. Meskipun probabilitasnya rendah, dampak potensial dari tumbukan ini dapat membawa konsekuensi serius bagi lingkungan global. Dengan diameter sekitar 500 meter, asteroid ini jauh lebih kecil dibandingkan batuan luar angkasa yang mengakhiri era dinosaurus. Para peneliti telah menggunakan model iklim canggih untuk memahami efek yang mungkin ditimbulkan oleh tumbukan tersebut, termasuk perubahan cuaca dan kondisi ekosistem.

Berdasarkan analisis terbaru, tim peneliti menemukan bahwa jika tumbukan terjadi, akan ada gangguan signifikan pada atmosfer Bumi. Model ini memperkirakan bahwa debu dan aerosol yang dilepaskan akibat tumbukan dapat mencapai hingga ratusan juta ton, menyebabkan penurunan suhu global dan perubahan curah hujan. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa fenomena semacam itu mungkin pernah dialami oleh nenek moyang manusia purba, yang dapat mempengaruhi evolusi spesies.

Asteroid Bennu, yang dikenal sebagai benda langit yang mengandung bahan penyusun kehidupan, menjadi subjek penelitian mendalam melalui misi OSIRIS-REx NASA. Tim peneliti menggunakan superkomputer untuk mensimulasikan skenario tumbukan, termasuk efek jangka panjang terhadap lingkungan. Hasil simulasi menunjukkan bahwa setelah tumbukan, akan terjadi penurunan drastis dalam suhu global, yang bisa berlangsung selama beberapa tahun. Selain itu, gelombang kejut dan gempa bumi yang kuat juga dapat terjadi di sekitar lokasi tumbukan.

Tantangan utama yang dihadapi oleh ilmuwan adalah memahami bagaimana tumbukan asteroid seperti Bennu dapat mempengaruhi evolusi kehidupan di Bumi. Penelitian ini tidak hanya memberikan wawasan tentang potensi ancaman masa depan, tetapi juga membuka pintu bagi pemahaman lebih lanjut tentang sejarah evolusi manusia. Dengan demikian, studi ini menyoroti pentingnya persiapan dan pemahaman terhadap fenomena alam semesta yang dapat mempengaruhi masa depan planet kita.