Susu unta kini menjadi perhatian global karena berbagai manfaat kesehatannya. Penelitian menunjukkan bahwa susu ini mengandung lebih sedikit alergen dibandingkan dengan susu sapi, sehingga cocok bagi mereka yang memiliki alergi terhadap protein susu sapi. Selain itu, susu unta juga memiliki potensi untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan mengurangi risiko penyakit jantung. Studi ini membuka peluang baru dalam peternakan, terutama di daerah kering yang kurang mendukung peternakan tradisional.
Di tengah musim panas yang panjang, penelitian terbaru mengungkap bahwa susu unta mungkin merupakan alternatif yang lebih sehat daripada susu sapi. Para ahli dari sebuah universitas ternama di Australia menemukan bahwa susu unta tidak mengandung beta-laktoglobulin, salah satu alergen utama dalam susu sapi. Ini menjadikan susu unta pilihan yang hipoalergenik bagi banyak orang. Peneliti juga menemukan bahwa susu unta dapat menghasilkan peptida bioaktif yang memiliki sifat antimikroba dan anti-hipertensi. Peptida ini dapat membantu menciptakan lingkungan usus yang sehat dan mengurangi risiko penyakit kardiovaskular.
Berbeda dengan sapi, unta dapat bertahan hidup di lingkungan yang kering dan gersang, membuatnya sangat cocok untuk dipelihara di daerah-daerah yang tidak mendukung peternakan tradisional. Hal ini memungkinkan petani di daerah kering atau semi-kering untuk tetap produktif tanpa harus mengubah kondisi alam sekitar mereka. Beberapa penggemar susu unta bahkan menggambarkan rasanya sebagai lembut dengan sedikit rasa garam, meskipun tidak semanis susu sapi biasa.
Dari perspektif seorang jurnalis, penemuan ini menunjukkan bagaimana inovasi dalam bidang peternakan dapat membuka peluang baru bagi komunitas petani di daerah-daerah yang kurang mendukung. Susu unta bukan hanya memberikan alternatif bagi mereka yang memiliki alergi terhadap susu sapi, tetapi juga menawarkan manfaat kesehatan yang signifikan. Dengan demikian, penelitian ini menegaskan pentingnya terus-menerus mencari solusi yang berkelanjutan dalam produksi pangan.