Bank Indonesia (BI) masih mempertimbangkan kemungkinan penurunan suku bunga acuan di masa mendatang. Keputusan ini didasarkan pada perkiraan inflasi, pertumbuhan ekonomi, dan kondisi nilai tukar rupiah yang menunjukkan potensi penguatan. Gubernur BI, Perry Warjiyo, menjelaskan bahwa situasi ekonomi saat ini memberikan ruang bagi pelonggaran kebijakan moneter untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.
Kondisi ekonomi Indonesia diperkirakan akan tetap stabil dengan inflasi yang terkendali dan pertumbuhan ekonomi yang positif. Inflasi keseluruhan diproyeksikan berada di kisaran 2,5% ± 1% hingga tahun 2026, sementara pertumbuhan ekonomi diperkirakan mencapai antara 4,7% hingga 5,5% pada tahun 2025. Hal ini menciptakan lingkungan yang mendukung penurunan suku bunga acuan.
Gubernur BI menekankan bahwa ada dua faktor utama yang mempengaruhi keputusan untuk menurunkan suku bunga: stabilitas inflasi dan prospek pertumbuhan ekonomi. Dengan inflasi yang rendah dan pertumbuhan ekonomi yang solid, BI memiliki fleksibilitas untuk melakukan penyesuaian kebijakan moneter. Langkah ini bertujuan untuk mendorong investasi dan konsumsi, serta mendukung pemulihan ekonomi nasional. Selain itu, BI juga memantau dinamika global yang dapat mempengaruhi keputusan tersebut, termasuk kebijakan dari bank sentral negara lain.
Nilai tukar rupiah telah menunjukkan tren penguatan dalam beberapa hari terakhir, mencapai level Rp16.100. Menurut Perry, rupiah diperkirakan akan tetap stabil atau bahkan menguat lebih lanjut berkat fundamental ekonomi yang kuat. Masuknya modal asing ke pasar surat berharga negara (SBN) dan sekuritas rupiah BI (SRBI) pada kuartal IV-2024 juga diperkirakan akan mendukung penguatan mata uang nasional.
Salah satu faktor penting yang mendukung penguatan rupiah adalah kebijakan baru yang mewajibkan 100% devisa hasil ekspor disimpan di dalam negeri selama setahun. Ini tidak hanya meningkatkan likuiditas di pasar domestik tetapi juga memperkuat posisi rupiah. Meskipun ketidakpastian global, terutama dari Amerika Serikat, masih menjadi tantangan, BI tetap waspada dan siap merespons perubahan kondisi pasar. Analisis terhadap indeks dolar AS (DXY) yang melemah dari 109 menjadi 108 juga menjadi salah satu indikator yang dipertimbangkan dalam membuat kebijakan moneter.