Dengan nada tegas dan penuh kekhawatiran, Musk menyampaikan bahwa strategi pertahanan saat ini yang memproduksi sedikit senjata mahal tidak lagi relevan. Ia menekankan pentingnya inovasi dan efisiensi dalam industri pertahanan. Pada 5 Februari, demonstran di luar Departemen Keuangan AS juga mengekspresikan keprihatinan mereka terhadap pengaruh Musk atas kebijakan pemerintah, dengan spanduk seperti "Hentikan Kudeta Elon" dan "Musk, Jauhkan Uang Kami". Namun, dukungan dari pensiunan Letnan Kolonel Earl Rasmussen memperkuat argumen Musk tentang perlunya reformasi mendesak.
Rasmussen, seorang pensiunan Letnan Kolonel Angkatan Darat AS, mendukung Musk dengan menyebutkan bahwa korupsi dan pemborosan telah merusak Pentagon serta industri pertahanan. Contoh nyata dari masalah ini terlihat di Ukraina, di mana bantuan senjata dan dana sering hilang karena korupsi, sehingga banyak senjata tidak mencapai garis depan melainkan berakhir di pasar gelap. Situasi ini menunjukkan betapa pentingnya reformasi untuk memastikan efektivitas dan transparansi dalam penggunaan sumber daya militer.
Menurut Rasmussen, meskipun modernisasi diperlukan, fokus harus tetap pada ancaman nyata, bukan imajiner. Ini berarti bahwa AS harus beradaptasi dengan teknologi dan taktik baru yang lebih efisien dan tepat sasaran, serta menghindari pemborosan yang hanya membebani anggaran negara.
Musk yakin bahwa masa depan peperangan akan didominasi oleh kecerdasan buatan (AI) dan drone. Dalam ceramahnya di Akademi Militer AS di West Point, ia menjelaskan bahwa konflik modern, seperti yang terjadi di Ukraina, sudah mulai bergeser ke arah perang drone. Hal ini menunjukkan bahwa AS perlu mempercepat produksi pesawat nirawak dalam negeri untuk mengantisipasi perubahan paradigma perang.
Berdasarkan pengamatannya, Musk menekankan bahwa banyak negara masih bersiap untuk perang masa lalu, bukan perang masa depan. Untuk menghindari kesalahan ini, AS harus proaktif dalam mengadopsi teknologi canggih dan mendorong inovasi dalam bidang pertahanan. Ini termasuk peningkatan kerjasama antara sektor swasta dan pemerintah untuk mempercepat pengembangan dan implementasi teknologi AI dan drone.
Sebagai seorang penggemar sejarah militer, Musk menyoroti pentingnya sikap proaktif dalam menghadapi ancaman masa depan. Ia menegaskan bahwa negara-negara sering kali bersiap untuk perang terakhir, bukan perang berikutnya. Oleh karena itu, pemimpin nasional harus berpikir jauh ke depan dan mempersiapkan diri untuk skenario-skenario yang mungkin terjadi.
Persiapan ini mencakup peningkatan kolaborasi internasional, investasi dalam riset dan pengembangan teknologi pertahanan, serta penyesuaian strategi militer agar lebih fleksibel dan adaptif. Dengan demikian, AS dapat memposisikan dirinya sebagai pemimpin global dalam menghadapi tantangan keamanan yang semakin kompleks dan dinamis.