Pasar
Rupiah Tertekan Akibat Inflasi AS yang Lebih Tinggi
2024-11-14
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mengalami penurunan yang signifikan setelah data ekonomi AS menunjukkan tingkat inflasi yang lebih tinggi dibandingkan periode September 2024. Hal ini menimbulkan kekhawatiran akan dampaknya terhadap stabilitas ekonomi Indonesia.

Rupiah Tertekan Akibat Kenaikan Inflasi AS

Rupiah Melemah Terhadap Dolar AS

Berdasarkan data yang dilansir dari Refinitiv, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah sebesar 0,51% pada pukul 09:12 WIB hari ini, Kamis (14/11/2024), berada di level Rp15.850/US$. Posisi ini berbanding terbalik dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang menguat tipis 0,03%. Sementara itu, indeks dolar AS (DXY) tampak naik 0,13% ke level 106,62, lebih tinggi dibandingkan penutupan sebelumnya di level 106,48.Pergerakan rupiah hari ini tampaknya akan dipengaruhi oleh sentimen eksternal, khususnya setelah AS merilis data Indeks Harga Konsumen (IHK) yang mengalami kenaikan. Kemarin malam, inflasi AS kembali terjadi dan lebih tinggi dibandingkan periode September 2024, yakni mencapai 2,6% secara tahunan (yoy) dari 2,4% di bulan sebelumnya. Kenaikan ini adalah yang pertama dalam tujuh bulan terakhir, karena sejak Maret-September 2024, inflasi terus melandai.

Dampak Kenaikan Inflasi AS Terhadap Indonesia

Bagi Indonesia, kenaikan inflasi di AS menjadi alarm bahaya. Jika inflasi AS terus menanjak, peluang bank sentral AS (The Fed) untuk memangkas suku bunga secara agresif akan musnah. Kondisi ini dapat memicu capital outflow serta mengurangi ruang bagi Bank Indonesia untuk memangkas suku bunga acuan BI.Apabila The Fed memilih menahan suku bunganya atau bahkan kembali bersikap hawkish, dolar AS kemungkinan akan semakin menguat. Hal ini berpotensi mengancam stabilitas rupiah dan arus modal di Indonesia, mengingat investor cenderung memindahkan dana mereka ke aset berdenominasi dolar yang dianggap lebih aman.

Kebijakan Perdagangan Proteksionis AS

Kondisi ini diperparah oleh hasil pemilu AS yang dimenangkan oleh Donald Trump. Kebijakan perdagangan proteksionis dan tarif tinggi yang diusung Trump dipandang akan memicu tekanan inflasi lebih tinggi karena meningkatnya biaya impor.Kebijakan perdagangan proteksionis dan tarif tinggi yang diusung Trump dapat berdampak signifikan bagi Indonesia. Kenaikan biaya impor akibat kebijakan tersebut dapat menyebabkan inflasi di Indonesia ikut meningkat. Hal ini dapat mempersulit upaya Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas harga dan nilai tukar rupiah.Selain itu, kebijakan perdagangan proteksionis AS juga dapat menghambat akses pasar Indonesia ke negara tersebut. Hal ini dapat berdampak pada kinerja ekspor Indonesia, yang dapat memperburuk defisit neraca perdagangan dan menekan nilai tukar rupiah.
More Stories
see more