Pada akhir tahun 2024, pasar modal Indonesia mengalami penurunan signifikan yang dipengaruhi oleh sentimen ekonomi global. Meskipun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 2,65% ke level 7.079, industri pasar modal masih mampu bertahan dengan nilai kapitalisasi pasar mencapai Rp12.336 triliun atau naik 5,74% secara tahunan. Di sisi lain, pasar obligasi menunjukkan pertumbuhan positif dengan indeks ICBI naik 4,82%. Namun, sektor reksa dana mengalami net redemption sebesar Rp1,82 triliun.
Pasar saham domestik menghadapi tantangan besar pada akhir tahun 2024. Meski IHSG turun 2,65%, kapitalisasi pasar tetap kuat dengan kenaikan 5,74% menjadi Rp12.336 triliun. Transaksi harian rata-rata mencapai Rp12,85 triliun, menunjukkan likuiditas yang baik. Investor non-residen berkontribusi positif dengan beli bersih sebesar Rp16,53 triliun. Ini membuktikan bahwa meski ada tekanan global, pasar saham Indonesia masih menarik bagi investor asing.
Di tengah ketidakpastian ekonomi global, pasar saham Indonesia berhasil mempertahankan posisinya dengan beberapa faktor pendukung. Meski IHSG melemah, kapitalisasi pasar yang meningkat menjadi bukti ketahanan industri ini. Likuiditas yang tinggi ditandai dengan transaksi harian rata-rata mencapai Rp12,85 triliun. Investor non-residen juga memberikan dukungan melalui beli bersih sebesar Rp16,53 triliun, menunjukkan minat yang kuat terhadap pasar saham Indonesia. Sentimen negatif dari ekonomi global tampaknya tidak sepenuhnya merusak daya tarik pasar ini bagi investor asing.
Berbeda dengan pasar saham, sektor obligasi menunjukkan pertumbuhan yang positif. Indeks ICBI naik 4,82% hingga mencapai level 392,66, dengan yield SBN rata-rata naik 38,76 bps. Investor non-residen berperan penting dengan net buy sebesar Rp34,59 triliun, sementara obligasi korporasi mengalami net sell Rp5,53 triliun. Industri pengelolaan investasi juga menunjukkan kenaikan AUM menjadi Rp839,39 triliun atau naik 1,78%.
Pasar obligasi Indonesia menunjukkan performa yang lebih baik dibandingkan dengan pasar saham. Indeks ICBI naik 4,82%, mencerminkan pertumbuhan yang stabil. Yield SBN rata-rata naik 38,76 bps, menunjukkan peningkatan imbal hasil. Investor non-residen sangat aktif dengan net buy sebesar Rp34,59 triliun, yang menunjukkan kepercayaan mereka terhadap instrumen obligasi pemerintah. Namun, obligasi korporasi mengalami net sell Rp5,53 triliun, mungkin karena preferensi investor yang beralih ke obligasi pemerintah yang dianggap lebih aman. Di sektor reksa dana, AUM naik 1,78% menjadi Rp839,39 triliun, meski Nilai Aktiva Bersih (NAB) hanya naik turun 0,92% dengan net redemption sebesar Rp1,82 triliun. Ini menunjukkan bahwa meski ada redemsi, potensi pertumbuhan masih ada.