Dalam dunia kerja yang seringkali penuh dengan tantangan, banyak karyawan merasa ingin mengundurkan diri ketika mereka menghadapi situasi yang tidak kondusif. Kondisi seperti jenjang karir yang tidak jelas atau bahkan kekerasan fisik dapat memicu keinginan tersebut. Namun, cara seseorang menangani proses pengunduran diri bisa sangat mempengaruhi reputasi profesionalnya di masa depan. Para ahli pembinaan karir menekankan pentingnya menjaga profesionalitas, bahkan saat merasa sangat kecewa atau marah.
Menurut pendiri perusahaan pembinaan karir asal Amerika Serikat, Keita Williams, seburuk apapun situasinya, karyawan harus tetap bijaksana dan berterima kasih. Williams menyarankan untuk menggunakan lima kata kunci: "Terima kasih atas kesempatan ini." Dengan fokus pada pengalaman dan pelajaran yang didapat, karyawan dapat menjaga hubungan baik dengan rekan kerja dan atasan.
Matt Abrahams, seorang dosen Universitas Stanford dan pakar komunikasi, juga menambahkan bahwa mengaitkan kepergian dengan misi atau hasrat jangka panjang dapat membuat karyawan tampak cerdas dan profesional. Ini bisa dilakukan dengan mengekspresikan antusiasme terhadap aspek pekerjaan baru yang tidak tersedia di tempat kerja lama.
Bahkan ketika merasa diremehkan, penting untuk membingkai ulang tujuan pengunduran diri sebagai langkah untuk menjaga merek pribadi. Abrahams menekankan bahwa respons dan penanganan situasi harus dipandang melalui lensa ini. Dengan demikian, karyawan dapat meninggalkan kesan positif dan membuka peluang lebih baik di masa depan.
Pada akhirnya, meskipun situasi kerja mungkin sulit, pendekatan yang bijaksana dan profesional dalam mengundurkan diri dapat membantu karyawan menjaga reputasi mereka dan membangun relasi yang kuat di dunia kerja. Ini bukan hanya tentang meninggalkan pekerjaan, tetapi juga tentang bagaimana Anda dikenang setelah pergi.