Pasar
Utang Pemerintah Meningkat, Ekonom Soroti Risiko Fiskal yang Semakin Berat
2025-01-23

Berita terbaru menunjukkan bahwa pemerintahan Prabowo menghadapi tantangan signifikan dalam manajemen utang. Ekonom Wijayanto Samirin dari Universitas Paramadina menyatakan bahwa kapasitas pemerintah untuk menambah utang semakin terbatas. Utang negara telah mencapai Rp 8.680 triliun pada tahun 2024, dengan rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 39%. Selain itu, tingginya bunga utang, tenor utang yang pendek, dan rendahnya penerimaan negara memperburuk situasi fiskal Indonesia. Debt Service Ratio (DSR) diperkirakan mencapai 45% di tahun 2025 dan 44% pada tahun 2026, jauh di atas batas aman 30%. Situasi ini berpotensi merusak kepercayaan investor dan memicu gejolak pasar.

Kondisi fiskal yang semakin berat menjadi isu utama bagi pemerintahan Prabowo. Menurut Wijayanto, tingkat DSR yang sangat tinggi merupakan tanda peringatan penting. Investor mulai khawatir dan mengharapkan bunga yang lebih tinggi, yang dapat memperburuk situasi. Data Bank Indonesia menunjukkan bahwa pada pekan kedua Januari 2025, pasar Surat Berharga Negara (SBN) Indonesia mengalami aksi jual neto sebesar Rp 2,9 triliun, setelah sebelumnya mencatat beli neto Rp 1,94 triliun pada pekan pertama Januari 2025. Yield SBN 10 tahun juga meningkat ke posisi 7,18%, naik dari sebelumnya 6,95%, seiring dengan kenaikan yield UST Note 10 tahun ke level 4,689%.

Ekonom tersebut menyarankan pemerintah untuk mencari sumber pendanaan fiskal yang lebih berkelanjutan. Ia menekankan bahwa SBN bukanlah solusi jangka panjang, karena sebagian besar utang pemerintah, sekitar 87,7% atau Rp 7.483 triliun, berasal dari SBN. Tanpa struktur fiskal yang kuat, program-program pemerintah akan sulit didanai. Perbaikan struktur fiskal menjadi prioritas utama untuk menjaga stabilitas ekonomi nasional.

Pada akhirnya, tantangan fiskal yang dihadapi pemerintah tidak hanya mempengaruhi stabilitas ekonomi domestik tetapi juga kepercayaan global terhadap Indonesia. Upaya untuk mencari alternatif pendanaan yang lebih stabil dan berkelanjutan menjadi langkah krusial. Keberhasilan dalam mengelola utang dan mendiversifikasi sumber pendanaan akan menentukan masa depan ekonomi Indonesia di tengah dinamika global yang kompleks.

More Stories
see more