Pada pekan ini, seorang anggota Dewan Syura Kerajaan Arab Saudi, Yousef bin Trad Al-Saadoun, memberikan respons tegas terhadap pernyataan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Dalam tanggapannya, Al-Saadoun mengusulkan agar warga Israel dipindahkan ke Alaska dan Greenland sebagai balasan atas saran sinis Netanyahu untuk mendirikan Negara Palestina di Arab Saudi. Al-Saadoun juga mengkritik pendekatan Presiden Amerika Serikat Donald Trump terhadap Timur Tengah, menegaskan bahwa kebijakan tersebut berpotensi merusak stabilitas wilayah.
Dalam tulisannya yang dimuat di surat kabar Okaz, Al-Saadoun menyampaikan kritik tajam terhadap kebijakan luar negeri AS. Dia mengecam sikap Trump yang dinilai mengabaikan saran pakar dan dialog dalam menangani masalah Timur Tengah. Menurutnya, keputusan-keputusan yang gegabah hanya akan memperburuk situasi. Al-Saadoun juga mengingatkan bahwa upaya manipulasi oleh pihak Zionis dan sekutu mereka terhadap kepemimpinan Arab Saudi tidak akan berhasil melalui tekanan media atau manuver politik.
Al-Saadoun menyoroti bahwa rencana dan kebijakan Israel telah dirumuskan dan disetujui oleh entitas Zionis, kemudian diserahkan kepada sekutu mereka untuk diberikan dari podium Gedung Putih. Dia menekankan bahwa setiap langkah yang dilakukan Israel, termasuk pendudukan ilegal dan pembersihan etnis, merupakan pelanggaran serius terhadap hukum internasional dan kemanusiaan. Al-Saadoun berpendapat bahwa pemerintah Saudi tidak akan mudah terpengaruh oleh propaganda dan tekanan palsu yang datang dari pihak-pihak tertentu.
Sementara itu, Dewan Syura Kerajaan Arab Saudi memiliki peran penting sebagai badan konsultatif yang memberikan nasihat kepada raja tentang berbagai masalah legislatif dan kebijakan. Meskipun tidak memiliki kewenangan legislasi, anggotanya tetap aktif membahas undang-undang, rencana ekonomi, dan kebijakan sosial. Tanggapan Al-Saadoun mencerminkan posisi tegas Arab Saudi dalam menghadapi isu-isu regional dan internasional.
Balasan tajam dari Al-Saadoun menunjukkan ketegangan yang masih tinggi antara negara-negara Timur Tengah. Respons ini bukan hanya menargetkan Netanyahu, tetapi juga mengkritik kebijakan AS yang dinilai mendukung agenda Israel. Situasi ini menegaskan bahwa solusi perdamaian di wilayah tersebut masih jauh dari kata selesai dan membutuhkan pendekatan yang lebih bijaksana dan inklusif dari semua pihak yang terlibat.