Gaya Hidup
Kisah TNI Cari Senjata, Malah Dapat Emas Berlian Soekarno di Sukabumi
2024-08-24
Pengungkapan Harta Karun Peninggalan Zaman Jepang yang Hilang Dimakan Waktu
Di masa awal kemerdekaan Indonesia, muncul kisah menarik tentang penemuan harta karun di perbatasan Sukabumi dan Bogor pada tahun 1946. Perjalanan penuh drama ini menyingkap rahasia di balik penemuan benda-benda berharga yang seharusnya menjadi milik negara. Namun, berbagai kendala dan dinamika politik saat itu membuat nasib harta karun ini menjadi kabur dan terlupakan selama bertahun-tahun.Menemukan Kejutan di Balik Peti dan Guci Tua
Penemuan Tak Terduga di Daerah Cigombong
Pada pertengahan 1946, pasukan Tentara Nasional Indonesia (TNI) sedang mengamankan daerah perbatasan Cigombong yang sebelumnya dikuasai pasukan Jepang. Saat menggali lahan, tentara TNI tanpa sengaja menemukan sebuah peti raksasa. Ketika peti itu dibuka, ternyata isinya bukan obat-obatan seperti yang diperkirakan, melainkan kondom. Ini menjadi kejutan pertama bagi para tentara.Pencarian Senjata yang Berujung Petaka
Meski kecewa, inisiatif untuk terus menggali lahan di sekitar bekas wilayah Jepang tetap berlanjut. Harapan mereka adalah menemukan senjata yang bisa digunakan untuk melawan pasukan Belanda. Namun, apa yang ditemukan justru bom yang tidak lama kemudian meledak dan melukai beberapa tentara TNI.Penemuan Harta Karun yang Mengejutkan
Satu cerita mengejutkan datang dari Sersan Mayor Sidik. Dia menemukan sebuah guci besar dan dengan jujur langsung melaporkannya kepada Letnan Kolonel Alex Evert Kawilarang, komandan brigade TNI. Saat guci itu dibuka, ternyata berisi kaus kaki yang penuh dengan emas, permata, dan berlian yang sudah dicongkel-congkel.Mengatasi Godaan akan Harta Karun
Ketika guci berisi harta karun itu berada di markas pasukan Kawilarang, ada beberapa orang yang tampak begitu tergoda oleh kemewahan benda-benda berharga tersebut. Kawilarang yang kesal lalu mengambil dua peti granat dan mengancam mereka, "Bapak-bapak mau berjuang lagi? ini untuk berjuang!" Ancaman itu membuat orang-orang penasaran segera meninggalkan tempat.Perjuangan Menyerahkan Harta Karun ke Pemerintah Pusat
Kawilarang tidak berniat memiliki harta karun tersebut. Dia justru menulis surat kepada Residen Bogor Moerdjani, meminta agar harta itu diserahkan ke pemerintah pusat. Namun, Residen malah menolak dan menyarankan agar Kawilarang mengirimkannya langsung ke Kementerian Dalam Negeri di Yogyakarta. Demi keamanan, Kawilarang lalu memerintahkan Letnan Godjali untuk menyerahkan harta itu ke pemerintah pusat. Emas dan berlian senilai hampir Rp 6 miliar itu akhirnya tiba di Yogyakarta dalam keadaan utuh.