Saat ini, tiga bank telah mencatat rasio kredit bermasalah yang melampaui standar industri, menimbulkan kekhawatiran di kalangan investor dan regulator. Permasalahan ini semakin rumit dengan masuknya saham-saham bank tersebut dalam daftar pemantauan khusus Bursa Efek Indonesia (BEI). Meskipun demikian, ada beberapa indikator positif yang menunjukkan potensi pemulihan.
Pada periode September 2024, PT Bank of India Indonesia Tbk (BSWD) mencatat rasio NPL gross sebesar 7,70%, meningkat dari tahun sebelumnya. Namun, dibandingkan dengan Desember 2022, rasio ini mengalami penurunan signifikan menjadi 6,28%. Kenaikan laba bersih hingga 66,61% secara tahunan menunjukkan bahwa bank masih memiliki daya tahan finansial yang cukup kuat untuk menghadapi tantangan ini.
Analisis mendalam terhadap laporan keuangan BSWD menunjukkan bahwa pendapatan bunga bersih naik 9,64% secara tahunan, menjadi Rp204,46 miliar. Meski saham BSWD turun 1,7% pada perdagangan hari ini, kondisi ini tidak sepenuhnya mencerminkan performa jangka panjang bank. Regulator dan manajemen bank berkomitmen untuk mengambil langkah-langkah strategis guna memperbaiki rasio kredit bermasalah.
PT Bank Maspion Indonesia Tbk (BMAS) juga mencatat rasio NPL gross sebesar 3,79% pada September 2024, meningkat 111 basis poin dibandingkan tahun sebelumnya. Meski demikian, rasio ini masih berada dalam batas aman dan tidak membahayakan struktur keuangan bank. Laba BMAS naik 11,12% secara tahunan, mencapai Rp55,47 miliar, didorong oleh peningkatan pendapatan bunga bersih sebesar 44,4%.
Meski beban selain bunga bersih bank meningkat akibat kerugian penurunan nilai aset keuangan, BMAS tetap fokus pada upaya efisiensi dan optimalisasi portofolio kredit. Manajemen bank menegaskan komitmennya untuk menjaga stabilitas operasional dan memperkuat posisi keuangan melalui diversifikasi sumber pendapatan serta pengelolaan risiko yang lebih ketat.
PT Bank Pembangunan Daerah Banten (Perseroda) Tbk (BEKS) mencatat rasio NPL gross sebesar 9,86% pada September 2024, naik 49 basis poin dari tahun lalu. Rasio NPL net juga meningkat menjadi 1,83%. Saham BEKS berada dalam daftar pemantauan khusus BEI, namun bank ini menunjukkan tanda-tanda positif dengan penurunan beban operasional sebesar 44,74% secara tahunan.
Meski laba bersih BEKS nihil per September 2024, bank ini telah mengambil langkah-langkah proaktif untuk memperbaiki kinerja keuangan. Pendapatan bunga bersih turun 14,56% yoy menjadi Rp128,49 miliar, namun pengurangan tekanan terhadap bottom line memberikan ruang bagi bank untuk melakukan restrukturisasi dan pemulihan. Manajemen BEKS optimis dapat mengembalikan kepercayaan pasar dan meningkatkan kualitas aset dalam waktu dekat.