Pada tahun 2024, anggaran militer Israel mencapai lebih dari Rp539 triliun, sebagian besar digunakan untuk operasi militer yang berlangsung selama lebih dari 15 bulan. Konflik ini telah menewaskan puluhan ribu warga Palestina dan melukai banyak lainnya. Profesor ekonomi Esteban Klor mengungkapkan bahwa pengeluaran pertahanan yang tinggi telah mengorbankan sumber daya lain dan membebani perekonomian Israel.
Konflik antara militer Israel dan Hamas di Gaza telah berlangsung lebih dari satu tahun, dengan dampak yang mengerikan terhadap populasi sipil. Sejak dimulainya perang pada Oktober 2023, jumlah korban jiwa terus meningkat, mencapai puluhan ribu orang, sementara ratusan ribu lainnya terluka. Situasi kemanusiaan di wilayah tersebut menjadi semakin mendesak, memerlukan intervensi internasional untuk membantu meredakan ketegangan dan menyediakan bantuan bagi mereka yang terdampak.
Konflik ini dimulai setelah serangan oleh Hamas terhadap wilayah selatan Israel, yang kemudian memicu respons militer luas dari pihak Israel. Meskipun kedua belah pihak telah menyetujui gencatan senjata untuk memfasilitasi pertukaran tahanan, situasi tetap tidak stabil. Angka korban jiwa yang mencolok menunjukkan keparahan konflik ini dan urgensi untuk mencari solusi perdamaian yang berkelanjutan. Selain kerugian manusia, infrastruktur dan fasilitas publik juga mengalami kerusakan parah, memperburuk kondisi hidup warga sipil.
Anggaran militer Israel mencapai hampir 7% dari PDB pada tahun 2024, naik signifikan dibandingkan periode sebelumnya. Ini mencerminkan pergeseran prioritas pemerintah dalam mengalokasikan sumber daya untuk keamanan nasional. Namun, peningkatan ini juga menimbulkan tantangan ekonomi, karena dana yang seharusnya dialokasikan untuk pembangunan sosial dan ekonomi harus dialihkan ke sektor pertahanan. Akibatnya, sektor-sektor lain mengalami dampak negatif.
Profesor ekonomi Esteban Klor dari Universitas Ibrani Yerusalem menekankan bahwa pengeluaran pertahanan yang tinggi dapat mengorbankan sektor-sektor penting lainnya. Dia menjelaskan bahwa peningkatan anggaran pertahanan dari sekitar 4% menjadi 7% dari PDB memberikan beban berat bagi ekonomi. Di masa lalu, alokasi anggaran yang tinggi untuk pertahanan pernah menyebabkan stagnasi ekonomi, seperti yang terjadi pada dekade 1970-an. Klor menyarankan agar pemerintah Israel menemukan keseimbangan antara kebutuhan pertahanan dan pertumbuhan ekonomi, sehingga dapat memastikan keamanan nasional tanpa mengorbankan kesejahteraan jangka panjang.