Pada pertengahan abad ke-20, dunia menyaksikan momen penting dalam hubungan diplomatik antara dua negara besar. Kunjungan Raja Faisal II dari Irak ke Inggris pada tahun 1956 menjadi simbol penghormatan dan kerjasama internasional. Acara ini menunjukkan upaya kedua negara untuk memperkuat hubungan mereka di tengah situasi politik yang kompleks. Perjumpaan antara pemimpin muda Irak dengan Ratu Elizabeth II mencerminkan komitmen bersama untuk menjaga stabilitas dan kerjasama global.
Perjalanan diplomatik Raja Faisal II ke London memiliki latar belakang yang signifikan. Penguasa muda Irak ini naik takhta pada usia sangat muda setelah kematian ayahnya. Meskipun masa pemerintahannya singkat, dia berusaha memperkuat posisi Irak di panggung internasional. Kunjungan ini terjadi di saat ketegangan politik sedang meningkat di Irak, namun tujuan utamanya adalah untuk mendapatkan dukungan dari Inggris dan memperdalam hubungan bilateral.
Raja Faisal II lahir dan dibesarkan di lingkungan yang menghargai pendidikan dan budaya Barat. Dia pernah belajar di Inggris, yang memberinya pemahaman mendalam tentang sistem monarki dan politik Eropa. Kunjungan resminya ke London bukan hanya merupakan formalitas diplomatik tetapi juga refleksi dari pengalaman pribadinya. Di tengah situasi politik yang tidak stabil di Irak, kunjungan ini menjadi kesempatan untuk memperlihatkan kepada dunia bahwa Irak siap berperan aktif dalam urusan internasional. Raja Faisal berharap dapat memperoleh dukungan politik dan ekonomi dari Inggris, yang masih memiliki pengaruh kuat di Timur Tengah pada masa itu.
Momen cium tangan Raja Faisal II kepada Ratu Elizabeth II menjadi sorotan utama dari kunjungan tersebut. Tindakan sederhana ini mengandung makna yang jauh lebih dalam, melambangkan rasa hormat dan persahabatan antara dua negara. Dalam konteks sejarah, gestur ini menunjukkan saling penghargaan antara kedua monarki, meski Irak dan Inggris memiliki latar belakang budaya yang berbeda.
Gestur cium tangan telah menjadi bagian dari tradisi etiket di kalangan bangsawan dan keluarga kerajaan selama berabad-abad. Ketika Raja Faisal melakukan hal ini, dia tidak hanya menunjukkan penghormatan pribadi kepada Ratu Elizabeth, tetapi juga mengirim pesan kuat tentang hubungan diplomatik yang harmonis antara Irak dan Inggris. Tindakan ini menegaskan komitmen Irak untuk menjalin hubungan baik dengan negara-negara Barat, terutama Inggris yang memiliki sejarah panjang hubungan dengan Timur Tengah. Momen ini menjadi simbol penting dalam sejarah diplomasi, merefleksikan nilai-nilai toleransi dan kerjasama lintas budaya.