Pasar
Dinamika Ekonomi Global dan Peluang Investasi di Tengah Ketidakpastian
2025-01-27

Setelah dampak signifikan dari pandemi global, ekonomi dunia menghadapi tantangan baru yang semakin rumit. Lonjakan harga komoditas dan konflik geopolitik, seperti ketegangan antara Rusia dengan Ukraina dan Israel dengan Palestina, telah memperburuk situasi. Meskipun gencatan senjata di Gaza membawa harapan untuk meredakan ketegangan, pertumbuhan ekonomi global masih terhambat oleh inflasi dan ketidakpastian. Para ahli menyoroti bahwa meskipun ada langkah-langkah positif, pemulihan ekonomi dunia masih memerlukan waktu dan upaya yang lebih besar. Dalam konteks ini, peluang investasi di sektor tertentu mulai muncul, khususnya di pasar domestik.

Pasca-pandemi, ekonomi global mengalami berbagai hambatan yang mempengaruhi stabilitas dan pertumbuhan. Harga komoditas melonjak tajam, sementara produksi tetap terbatas, menciptakan tekanan tambahan pada perekonomian dunia. Situasi ini diperparah oleh konflik geopolitik, termasuk perang antara Rusia dan Ukraina serta ketegangan di Timur Tengah. Gencatan senjata di Gaza, yang diinisiasi setelah Donald Trump dilantik sebagai Presiden AS, disambut dengan optimisme, namun efeknya belum cukup signifikan untuk memulihkan ekonomi secara keseluruhan.

Menurut analisis dari Abdul Manap Pulungan, ekonom senior dari Center of Macroeconomics & Finance INDEF, gencatan senjata tersebut hanya sedikit meredakan ketegangan, tetapi masalah-masalah kronis seperti pengangguran tinggi dan suku bunga kredit yang tinggi masih menjadi penghalang utama. IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global pada tahun 2025 sebesar 3,3%, dengan AS dan China diproyeksikan melambat menjadi 2,7% dan 4,6%. Gejolak geopolitik global, termasuk ketegangan antara negara-negara besar, juga menjadi tantangan besar bagi perekonomian dunia.

Benny Sufami, Co-founder Tumbuh Makna (TMB), melihat peluang di sektor domestik Indonesia. Menurutnya, penurunan valuasi aset saham dalam tiga bulan terakhir membuka peluang strategis bagi investor lokal untuk masuk ke sektor perbankan, otomotif, dan properti. Penurunan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI) sebesar 0,25% menjadi 5,75% memberikan dorongan positif bagi industri pembiayaan dan sektor perbankan. Benny menambahkan bahwa BI masih memiliki ruang untuk menurunkan suku bunga lagi di semester II 2025, yang dapat meningkatkan daya beli dan aktivitas ekonomi.

Di tengah ketidakpastian ekonomi global, para ahli menyarankan investor untuk memanfaatkan momentum ini dengan bijaksana. Menerapkan prinsip logis dan legal dalam pengambilan keputusan investasi sangat penting untuk membangun portofolio yang kokoh dan berkelanjutan. Meskipun tantangan masih ada, peluang untuk mendapatkan keuntungan jangka panjang di sektor-sektor tertentu mulai muncul, menawarkan harapan bagi pemulihan ekonomi yang lebih baik.

More Stories
see more