Pasar minyak global mengalami fluktuasi signifikan setelah Presiden AS Donald Trump mengekspresikan keinginannya untuk menurunkan harga minyak dunia. Harga minyak mentah, baik Brent maupun WTI, turun lebih dari 1% menyusul seruan Trump kepada OPEC untuk mengurangi harga minyak. Selain itu, ancaman sanksi terhadap Rusia dan Kolombia menambah ketidakpastian di pasar energi.
Seruan Trump kepada OPEC untuk menurunkan harga minyak telah mempengaruhi pasar secara langsung. Pada perdagangan Senin, harga minyak Brent turun 1,18% menjadi US$77,57 per barel, sementara WTI juga mengalami depresiasi 1,2% menjadi US$73,76 per barel. Ini merupakan penurunan pertama dalam lima minggu, seiring meredanya kekhawatiran tentang sanksi terhadap Rusia yang dapat mengganggu pasokan.
Dalam beberapa pekan terakhir, Trump berulang kali meminta OPEC untuk menurunkan harga minyak dengan tujuan merugikan ekonomi Rusia dan membantu mengakhiri konflik di Ukraina. Menurut Trump, salah satu cara efektif untuk mengakhiri perang adalah dengan mengurangi pendapatan minyak Rusia. Namun, OPEC dan sekutunya, termasuk Rusia, belum menanggapi seruan ini. Mereka tetap berpegang pada rencana meningkatkan produksi minyak mulai April mendatang. Analis Goldman Sachs mencatat bahwa tarif pengiriman yang lebih tinggi telah mendorong kapal non-sanksi untuk mengangkut minyak Rusia, sehingga tidak ada dampak besar pada produksi.
Berbagai ancaman sanksi oleh pemerintah AS terhadap negara-negara produsen minyak seperti Rusia dan Kolombia menambah ketidakpastian di pasar energi. Trump mengancam akan mengenakan pajak, tarif, dan sanksi jika kesepakatan untuk mengakhiri perang di Ukraina tidak tercapai. Situasi ini membuat analis khawatir tentang gangguan potensial pada pasokan minyak global.
Menurut data dari Kpler, AS adalah pembeli terbesar ekspor minyak mentah Kolombia melalui laut, dengan volume 183.000 barel per hari atau 41% dari total ekspor Kolombia. Jika sanksi diterapkan, hal ini bisa mengganggu perdagangan minyak antara kedua negara. Selain itu, hampir 20% armada Aframax global saat ini menghadapi sanksi, yang menunjukkan risiko signifikan bagi industri pengiriman minyak. Para analis dari JP Morgan menekankan bahwa penerapan sanksi pada sektor energi Rusia sebagai leverage dalam negosiasi mendatang bisa berjalan ke arah mana pun, sehingga premi risiko nol tidak tepat.