Pasar
Perbankan Syariah: Katalisator Pemulihan Ekonomi Indonesia
2024-11-07
Industri perbankan syariah di Indonesia terus menunjukkan perkembangan yang menggembirakan, dengan pertumbuhan aset, pembiayaan, dan dana pihak ketiga (DPK) yang mencapai double digit secara tahunan. Hal ini menjadi modal penting bagi sektor perbankan syariah untuk turut menopang fundamental ekonomi yang kuat, sehingga perekonomian nasional diharapkan akan mampu menghadapi tantangan global dan meneruskan tren pertumbuhan berkelanjutan.
Perbankan Syariah, Kunci Pemulihan Ekonomi Indonesia
Pertumbuhan Perbankan Syariah Lampaui Perbankan Konvensional
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Agustus 2024, aset perbankan syariah nasional mengalami pertumbuhan 10,37% (year-on-year/yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan aset perbankan nasional yang hanya 9,36% yoy. Pertumbuhan ini juga didukung oleh peningkatan pembiayaan sebesar 11,65% yoy dan pertumbuhan DPK sebesar 11,42% yoy, yang jauh melampaui pertumbuhan pembiayaan dan DPK di perbankan konvensional.Angka-angka ini menunjukkan bahwa industri perbankan syariah di Indonesia memiliki potensi besar untuk terus berkembang dan berkontribusi lebih besar terhadap perekonomian nasional. Dengan dukungan yang semakin kuat dari seluruh pemangku kepentingan, perbankan syariah diharapkan dapat mempercepat pencapaian target inklusi keuangan syariah dan memperkuat posisi Indonesia dalam peta keuangan syariah global.Kolaborasi Strategis untuk Inovasi Produk
Direktur Utama PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) Hery Gunardi, yang terpilih kembali sebagai Ketua Umum Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) periode 2024-2027, menekankan pentingnya kolaborasi yang semakin solid di antara para anggota Asbisindo dan pemangku kepentingan lainnya.Menurut Hery, industri perbankan syariah harus terus berinovasi, khususnya dengan produk yang relevan bagi generasi digital dan ekosistem syariah yang lebih inklusif. Pengembangan produk seperti commodity murabahah diharapkan dapat menarik lebih banyak investor dan meningkatkan kontribusi perbankan syariah dalam perekonomian.Selain itu, Hery juga menegaskan perlunya memperkuat modal inti dan inovasi produk untuk mendukung pertumbuhan industri perbankan syariah. Kebutuhan akan peningkatan modal inti, konsolidasi, serta inovasi produk dan digitalisasi memiliki dampak positif dalam memperluas pasar dan menarik minat nasabah terhadap perbankan syariah.Memperkuat Daya Saing Perbankan Syariah
Dalam Musyawarah Nasional (Munas) Asbisindo 2024, Hery menyoroti beberapa isu yang perlu menjadi perhatian bersama untuk memperkuat daya saing perbankan syariah di Indonesia.Salah satu isu utama adalah perlunya memperkuat modal inti perbankan syariah. Hal ini penting untuk mendukung pertumbuhan aset, pembiayaan, dan DPK yang terus meningkat. Dengan modal yang kuat, perbankan syariah akan memiliki daya saing yang lebih baik dalam menawarkan produk dan layanan yang inovatif dan kompetitif.Selain itu, Hery juga menekankan pentingnya inovasi produk dan digitalisasi untuk menjawab kebutuhan generasi digital dan ekosistem syariah yang semakin inklusif. Perbankan syariah harus mampu mengembangkan produk-produk yang relevan dan mudah diakses oleh masyarakat, sehingga dapat memperluas jangkauan dan meningkatkan penetrasi pasar.Dengan kolaborasi yang semakin erat di antara para pemangku kepentingan, Hery yakin bahwa industri perbankan syariah Indonesia akan semakin berdaya saing, inovatif, dan berkontribusi lebih besar terhadap pemulihan ekonomi nasional.