Pasar
IHSG Di Zona Merah, Saham Bank Raksasa Tetap Tertekan
2024-12-17
Jakarta, CNBC Indonesia - Pada perdagangan sesi I Selasa (17/12/2024), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali berada di zona merah. Ini terjadi di tengah respon pasar terhadap kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12% dan rencana pemerintah untuk memberikan insentif.

Analisis Perubahan IHSG dan Dampaknya

Sektor Industri dan Dampaknya pada IHSG

Dalam sesi I hari ini, sektor industri menjadi penekan terbesar IHSG, mencapai 2,08%. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi pasar dalam sektor ini cukup berubah. Industri sering menjadi indikator penting dalam pergerakan IHSG. Misalnya, perubahan dalam harga bahan baku atau permintaan produk industri dapat secara signifikan mempengaruhi indeks tersebut.Dalam beberapa periode sebelumnya, kondisi sektor industri juga sering mempengaruhi sentimen investor. Jika industri mengalami gangguan, investor mungkin menjadi lebih risiko-adverse dan mengakibatkan penurunan IHSG. Namun, jika industri menunjukkan pertumbuhan yang baik, dapat memberikan dorongan untuk naiknya IHSG.

Saham Perbankan dan Dampaknya pada IHSG

Sementara dari sisi saham, emiten perbankan raksasa kembali menjadi penekan utama IHSG pada sesi I hari ini. Saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) menjadi penekan terbesar, mencapai 10,1 indeks poin. Ini menunjukkan bahwa kondisi perbankan juga memiliki pengaruh signifikan pada IHSG.Perbankan sering menjadi sektor yang sangat sensitif terhadap perubahan kebijakan moneter. Jika bank mengurangi suku bunga atau memberikan fasilitas kredit yang lebih lenient, dapat meningkatkan aktivitas bisnis dan mempengaruhi nilai saham perbankan. Namun, jika ada ketidakpastian dalam keuangan perbankan, seperti masalah kredit atau perubahan kebijakan pemerintah, dapat menyebabkan penurunan nilai saham.

Saham Telekomunikasi dan Dampaknya pada IHSG

Selain perbankan raksasa, emiten telekomunikasi PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) juga membebani IHSG sebesar 5,7 indeks poin. Telekomunikasi adalah sektor yang juga penting dalam ekonomi dan memiliki pengaruh pada IHSG.Perubahan dalam teknologi dan regulasi dapat secara signifikan mempengaruhi nilai saham telekomunikasi. Misalnya, perkembangan teknologi 5G dapat memberikan peluang untuk pertumbuhan bisnis, tetapi juga dapat menghadapi persaingan yang lebih ketat. Selain itu, perubahan dalam regulasi telekomunikasi juga dapat mempengaruhi nilai saham.

Respon Pasar terhadap Kenaikan PPN dan Incentif

IHSG kembali merana di tengah sikap investor yang masih mencerna pengumuman terkait kenaikan PPN menjadi 12% dan rencana pemberian insentif oleh pemerintah kepada masyarakat yang lebih membutuhkan. Pemerintah akan menaikkan tarif PPN menjadi 12% per 1 Januari 2025, tetapi tidak semua barang akan terkena kenaikan tarif. Pemerintah juga memberikan sejumlah insentif paket kebijakan ekonomi untuk mendorong daya beli.Ini menunjukkan bahwa kondisi pasar saat ini cukup kompleks. Investor harus memahami dampak dari kenaikan PPN dan insentif tersebut pada berbagai sektor. Beberapa sektor mungkin lebih terpengaruh oleh kenaikan PPN, sedangkan beberapa sektor mungkin mendapatkan keuntungan dari insentif.

Perspektif The Fed dan Dampaknya pada IHSG

Sebelumnya, pasar menanti “ketok palu” kebijakan suku bunga The Fed pada Kamis dini hari waktu Indonesia. The Fed diperkirakan akan menurunkan suku bunga seperempat poin lagi, tepatnya pada 18 Desember 2024. Keputusan ini akan menandai pemotongan suku bunga tiga kali berturut-turut.Adapun, semua kebijakan tersebut memangkas satu poin persentase penuh dari suku bunga dana federal sejak September lalu. Berdasarkan perangkat FedWatch, peluang penurunan suku bunga The Fed pada pertemuan bulan ini adalah 95,4% untuk turun 25 basis poin menjadi 4,25%-4,5%.Ini menunjukkan bahwa kondisi global juga memiliki pengaruh signifikan pada IHSG. Perubahan kebijakan moneter The Fed dapat mempengaruhi nilai mata uang Indonesia dan aktivitas pasar. Jika suku bunga The Fed turun, dapat mengurangi biaya modal dan mempengaruhi aktivitas bisnis di Indonesia. Namun, jika ada ketidakpastian dalam kebijakan The Fed, dapat menyebabkan volatilitas pasar.
More Stories
see more