Pasar
Terungkap, Pemilik Dufan: PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk
2024-12-17
Jakarta, CNBC Indonesia – Dunia Fantasi (Dufan) merupakan salah satu tujuan wisata yang populer di Indonesia. Sebagai salah satu taman hiburan terbesar di negeri ini, Dufan menjadi ikon kota Jakarta. Lokasi hiburan yang terletak di Jakarta Utara sering dikaitkan dengan sosok almarhum Ciputra. Namun, banyak orang masih bertanya-tanya tentang siapa sebenarnya pemilik taman hiburan ini yang dibuka sejak 1985.

Penjelasan Singkat

Dunia Fantasi dan kawasan Ancol dikendalikan oleh PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk. Perusahaan ini didirikan melalui kerja sama antara Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan Ciputra Group melalui PT Pembangunan Jaya. PT Pembangunan Jaya didirikan pada 3 September 1961 sebagai tanggung jawab Presiden Pertama Republik Indonesia Soekarno kepada Gubernur Jakarta saat itu, Soemarno, untuk melakukan revitalisasi kota Jakarta.

Pengelolaan dan Pendiri

PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk (PJAA) didirikan pada 10 Juli 1992 dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1996. Sebelum melantai di Bursa Efek Indonesia, PJAA dimiliki oleh Pemerintah Daerah DKI Jakarta (80%) dan PT Pembangunan Jaya (20%). Visi para pendiri waktu itu adalah melakukan bisnis melalui public-private partnership. Ketika diberi kepercayaan oleh mantan Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin, untuk membangun kawasan Ancol, Ciputra dan Pemprov DKI mendirikan perusahaan patungan bernama PT Pembangunan Jaya Ancol yang kemudian menjadi perusahaan publik pada 2004.Kegiatan utama Jaya Ancol saat ini meliputi bidang real estat seperti pembangunan, penjualan dan penyewaan bangunan serta penjualan tanah kavling seperti Marina Coast Royal Residence, Marina Coast The Green, Marina Coast The Bukit, De’ Cove, dan Apartemen Northland. Ada juga fasilitas seperti Jaya Ancol Seafront, Coasta Villa, Putri Duyung Ancol, Town House Puri Marina Ancol dan Pulau Bidadari; kawasan pariwisata seperti mengelola taman dan pantai, Dunia Fantasi (Dufan), Atlantis Water Adventure, Ocean Dream Samudra, Ocean Ecopark, pasar seni, dan dermaga.Pada 22 Juni 2004, PJAA memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan penawaran umum perdana (IPO) saham PJAA kepada masyarakat sebanyak 80.000.000 dengan nilai nominal Rp 500 per saham dengan harga penawaran Rp 1.025 per saham. Dalam penawaran perdana tersebut PJAA mampu mengumpulkan dana Rp 34,37 miliar dari masyarakat.Hingga saat ini, kepemilikan Dufan masih dikendalikan oleh Pemprov DKI Jakarta melalui kepemilikan sebesar 72% di PJAA. PT Pembangunan Jaya juga merupakan pengendali dan masih memegang saham PJAA sebesar 18,01%. Sementara itu, sisanya dimiliki oleh investor lain sebesar 9,99%.Mengutip data Refinitiv, investor lain termasuk Trisna Muliadi yang merupakan komisaris perusahaan dengan kepemilikan 1,71% saham di PJAA. Selanjutnya terdapat Dana Pensiun Waligereja Indonesia sebesar 0,63%, pengelola dana abadi Norwegia yakni Norges Bank Investment Management (NBIM) sebesar 0,58%. Kemudian ada nama investor yang berdomisili di Belanda Guangqiang Chen (0,57%), PT Minna Padi Aset Manajemen (0,53%), PT Hasjrat Abadi (0,32%) dan Jonni Amin (0,29%).Pemerintah Daerah DKI Jakarta juga memiliki saham di beberapa perusahaan lain, seperti Delta Djakarta (DLTA) dan Pakuan (UANG). Selanjutnya dari 18 perusahaan yang memiliki afiliasi atau merupakan anak usaha, ada nama besar lainnya termasuk PT Bank DKI dan PT Mass Rapid Transit Jakarta.Sementara itu, data Refinitiv menyebut PT Pembangunan Jaya yang semula bernama PT Pembangunan Ibukota Jakarta Raya memiliki afiliasi dan sejumlah anak perusahaan dengan total gabungan keduanya mencapai 58 perusahaan.Selain di PJAA, PT Pembangunan Jaya merupakan pemegang saham mayoritas dan pengendali di Jaya Real Properti (JRPT) dan Jaya Konstruksi Mandala Pratama (JKON). Selain itu PT Pembangunan Jaya juga memiliki kepemilikan minoritas di Bumi Serpong Damai (BSDE).Trisna Muliadi yang merupakan Komisaris PJAA juga menjabat sebagai Presiden Direktur PT Pembangunan Jaya. Candra Ciputra yang merupakan Dirut Ciputra Development (CTRA) tercatat sebagai komisaris utama, sedangkan mantan Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo merupakan salah satu komisaris perusahaan.(fsd/fsd)
More Stories
see more