Pasar
Indonesia Hadapi Dinamika Pasar Saham jelang Era Trump 2.0
2025-01-20
Pasar saham Indonesia mengalami fluktuasi signifikan menjelang pelantikan Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) untuk masa jabatan keduanya. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatat pergerakan yang dipengaruhi oleh sentimen global dan kebijakan ekonomi AS.
Buruan Baca: Dinamika Pasar Saham Indonesia di Era Trump 2.0
Tren Positif Pasar Saham Ditengah Ketidakpastian
Pada awal perdagangan Senin, IHSG menunjukkan penguatan sebesar 0,48% hingga mencapai posisi 7.188,66. Pergerakan ini sedikit meningkat menjadi 0,51% setelah lima menit pembukaan, mencapai level 7.190,96. Nilai transaksi mencapai Rp 802 miliar dengan volume transaksi sebanyak 1,9 miliar lembar saham.Transaksi tercatat sebanyak 84.432 kali pada sesi pertama hari itu. Meski demikian, pasar finansial global tetap berhadapan dengan dinamika yang rumit menjelang pelantikan Trump. Sentimen positif dari laporan inflasi AS yang lebih rendah dari perkiraan memberikan dorongan, namun ketidakpastian kebijakan perdagangan dan ekonomi Trump masih menjadi sorotan utama bagi investor.Dampak Kebijakan Proteksionisme Trump Terhadap Ekonomi Global
Era Trump 2.0 dikhawatirkan akan membawa chaos karena kebijakan proteksionisnya. Dunia telah merasakan dampak negatif selama era pertama Trump (2017-2020), terutama saat perang dagang memanas pada 2018. Lembaga dan analis telah mewanti-wanti bahwa kebijakan ini dapat memperburuk situasi ekonomi global.Di dalam negeri, tekanan terhadap pasar saham Indonesia sudah dirasakan sejak pemilihan Trump. Sejak November 2024 hingga Januari 2025, IHSG jeblok 3,14%. Ini mengingatkan pada pola serupa pada pelantikan pertama Trump, ketika IHSG melemah akibat sentimen negatif terhadap kebijakan proteksionisme yang digencarkan. Imbal hasil US Treasury juga melonjak dari 4,29% menjadi 4,62%.Arus Modal Kembali ke AS dan Dampaknya pada Rupiah
Penguatan dolar AS menjadi salah satu faktor kunci yang mempengaruhi pasar global. Kebijakan ekonomi pro-Amerika dan proteksionisme Trump telah memicu arus modal kembali ke AS, mendorong dolar AS ke level tertinggi sejak November 2022. Hal ini dikhawatirkan bisa kembali mengungkit inflasi AS, sehingga The Fed kesulitan memangkas suku bunga secara signifikan.Pelaku pasar menunggu dampak kebijakan Trump terhadap perdagangan global, khususnya Asia. Ancaman evaluasi status Generalized System of Preferences (GSP) pada 2018 sempat membuat Indonesia waspada. GSP, yang memberikan penghapusan bea masuk pada beberapa produk ekspor, menjadi penopang surplus perdagangan Indonesia dengan AS sebesar US$9,5 miliar. Para analis memperingatkan bahwa tekanan terhadap rupiah dan IHSG masih akan berlanjut jika kebijakan Trump memperburuk sentimen pasar.Sentimen Positif dan Potensi Pemulihan Ekonomi Domestik
Meskipun ada risiko, harapan tetap ada. Sentimen positif dari laporan laba perusahaan dan penguatan ekonomi domestik dapat memberikan dukungan bagi pasar Indonesia. Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, menyebutkan tiga risiko utama: tekanan terhadap nilai tukar rupiah, potensi arus modal keluar, dan ketidakpastian pasar keuangan. Namun, BI optimis bahwa langkah-langkah yang telah disiapkan dapat membantu mengendalikan dampak negatif tersebut.Dengan persiapan yang matang dan strategi yang tepat, Indonesia berpotensi memanfaatkan situasi ini sebagai peluang untuk memperkuat ekonominya. Peluang ini tidak hanya terletak pada stabilitas pasar saham, tetapi juga pada kemampuan ekonomi nasional untuk tetap kompetitif di tengah dinamika global.