Dalam acara pembukaan perdagangan saham perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI), Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memberikan pidato yang mencakup berbagai aspek penting terkait kondisi pasar modal dan perekonomian nasional. Pidato ini menyoroti pertumbuhan positif Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan nilai kapitalisasi pasar, serta tantangan yang perlu diatasi untuk memperkuat ekosistem pasar modal Indonesia. Meskipun IHSG mengalami penurunan 2,6% dari tahun sebelumnya, angka tersebut tetap berada di atas level terendah Juni 2024. Selain itu, aktivitas penghimpunan dana dan transaksi di Bursa Karbon juga menunjukkan perkembangan yang signifikan. Namun, masih ada ruang untuk perbaikan, termasuk meningkatkan kinerja LQ45 dan basis investor.
Pada pagi hari yang cerah di Jakarta, dalam suasana penuh semangat, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) hadir membuka perdagangan saham perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI). Acara ini menjadi momentum awal tahun yang sangat penting, menandai komitmen kuat untuk mendukung aktivitas pasar modal dan mempertahankan integritas serta daya saing pasar modal Indonesia di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Melalui pidatonya, Mahendra menekankan bahwa ketidakpastian dunia justru menjadi peluang besar bagi pasar modal Indonesia untuk menunjukkan resiliensinya. Dia menjelaskan bahwa meskipun IHSG mengalami penurunan 2,6% pada akhir tahun 2024 dibandingkan tahun sebelumnya, indeks ini tetap berada di atas level terendah Juni 2024. Nilai kapitalisasi pasar IHSG mencapai Rp12,3 ribu triliun atau tumbuh 6%, mencerminkan kontribusi signifikan terhadap PDB nasional.
Di sisi lain, aktivitas penghimpulan dana di pasar modal juga menunjukkan pertumbuhan yang baik, dengan total nilai mencapai Rp259,24 triliun hingga akhir Desember 2024. Bursa Karbon, yang diluncurkan pada September 2023, telah mencatat volume transaksi sebesar 908 ribu ton CO2 ekuivalen dengan nilai total Rp50,64 miliar. Jumlah Single Investor Identification (SID) juga meningkat 22,21% ytd, melebihi target pencapaian SID pada tahun 2024.
Walau demikian, beberapa indikator seperti Indeks LQ45 yang melemah 15,6% dan kontribusi pasar saham terhadap PDB yang masih rendah menunjukkan adanya ruang perbaikan. Untuk merealisasikan potensi pertumbuhan pasar modal yang masih sangat besar, diperlukan perkuatan ekosistem pasar modal, termasuk aspek integritas pasar.
OJK bersama pemangku kepentingan lainnya berkomitmen untuk melaksanakan berbagai program strategis pada tahun 2025, seperti peningkatan pendalaman pasar, pengembangan produk baru, dan penguatan anggota bursa dan manajer investasi. Dukungan pemerintah dalam penyempurnaan kerangka pengaturan sektor keuangan dan insentif fiskal juga sangat penting untuk mencapai tujuan ini.
Bersama-sama, seluruh pemangku kepentingan bertekad untuk menjaga sinergi dan kolaborasi guna mewujudkan industri pasar modal yang tidak hanya menjadi pilar perekonomian nasional, tetapi juga mendukung visi Indonesia Emas dan pembangunan berkelanjutan.
Sebagai jurnalis, saya melihat bahwa pidato ini bukan hanya sekadar laporan tahunan, tetapi lebih dari itu, merupakan panggilan untuk aksi kolektif. Ini mengingatkan kita akan pentingnya kolaborasi antara regulator, pemerintah, dan pelaku pasar untuk menciptakan ekosistem pasar modal yang kuat dan berkelanjutan. Dengan langkah-langkah yang tepat, Indonesia dapat memanfaatkan peluang yang ditawarkan oleh ketidakpastian global dan menjadikan pasar modal sebagai motor pertumbuhan ekonomi yang stabil dan andal.