Tahir, lahir pada 24 Maret 1952, telah membuktikan bahwa kesuksesan bisa diraih tanpa bergantung pada siapa pun. Meskipun menikah dengan putri pengusaha besar Mochtar Riady, Tahir menolak anggapan bahwa dia mendapatkan keberuntungan instan. Sebaliknya, dia menghadapi tantangan nyata yang justru mendorongnya untuk bekerja lebih keras.
Saat membuka showroom furnitur, Tahir sempat mencoba memanfaatkan nama keluarga Riady dengan menempatkan logo mereka di depan toko. Namun, tindakan ini mendapat reaksi negatif dari keluarga besar Riady, yang merasa tidak senang dengan penggunaan logonya. Insiden tersebut menjadi titik balik bagi Tahir, mendorongnya untuk fokus pada usaha sendiri dan tidak lagi bergantung pada nama orang lain.
Pelajaran berharga dari omelan mertua itu membuat Tahir sadar akan pentingnya membangun fondasi kuat untuk bisnisnya. Dia mulai bekerja tanpa bantuan finansial langsung dari Mochtar Riady, bahkan ketika dana pinjaman menjadi opsi terakhir. Tahir percaya bahwa kemandirian adalah kunci utama menuju kesuksesan jangka panjang.
Dengan tekad baja, Tahir mengembangkan Mayapada Group, yang awalnya hanya berfokus pada sektor properti. Seiring waktu, perusahaan ini berkembang pesat, merambah ke bidang perbankan dan kesehatan. Kesuksesan ini tidak lepas dari strategi cerdas dan visi jauh ke depan yang dimiliki oleh Tahir.
Berbekal pengalaman dan pelajaran hidup, Tahir terus berinovasi dalam mengembangkan bisnisnya. Dia memahami bahwa dalam dunia bisnis, stagnasi berarti kematian. Oleh karena itu, Tahir selalu mencari cara baru untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas perusahaannya.
Eksplorasi pasar baru dan peningkatan layanan menjadi prioritas utama. Misalnya, di sektor kesehatan, Mayapada Group memperkenalkan fasilitas modern dan teknologi canggih untuk memberikan pelayanan terbaik kepada pasien. Di sektor perbankan, perusahaan ini berkomitmen untuk menyediakan solusi keuangan inovatif yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Kisah Tahir menjadi inspirasi bagi banyak pengusaha muda di Indonesia. Dia membuktikan bahwa kesuksesan dapat dicapai melalui kerja keras, ketekunan, dan integritas. Tahir juga menekankan pentingnya belajar dari kegagalan dan menggunakan setiap pengalaman sebagai pelajaran berharga.
Sebagai sosok yang berdedikasi, Tahir sering berbagi wawasan dan pengalamannya melalui berbagai platform, termasuk buku autobiografinya "Living Sacrifice". Dia percaya bahwa kesuksesan bukan hanya tentang harta, tetapi juga tentang kontribusi positif yang dapat diberikan kepada masyarakat dan bangsa.