Pasar
Pekan Ini Menentukan Nasib Rupiah Berdasarkan Suku Bunga BI dan The Fed
2024-12-16
Jakarta, CNBC Indonesia – Pergerakan rupiah dalam menghadapi dolar AS selama pekan terakhir telah menarik perhatian. Rupiah bahkan menguji level Rp16.000/US$ yang cukup menantang.

Perjalanan Rupiah melawan Dolar AS: Analisis dan Perspektif

Persebaran Pergerakan Rupiah

Pekan ini menjadi penantian bagi prospek penurunan suku bunga terakhir tahun ini yang akan mempengaruhi gerak mata uang Garuda. Referensi data Refinitiv menunjukkan bahwa pada penutupan perdagangan kemarin Jumat (13/12/2024), mata uang Garuda mengalami penurunan 0,44% ke posisi Rp15.990/US$. Sepanjang hari, nilai tukar rupiah berfluktuasi dan mencapai level Rp16.000/US$ serta terkuat di posisi Rp15,945/US$. Pelemahan pada kemarin menjadi yang terdalam sejak 7 Agustus 2024 dengan sebelumnya berada pada posisi Rp16.030/US$. Sepanjang pekan lalu, rupiah tetap terdepresiasi sebanyak 0,92% dari penutupan pekan lalu di posisi Rp15.845/US$.Rupiah yang merana di tengarai yield US Treasury yang terus naik selama lima hari ke posisi 4,39%. Hal ini membuat selisih antara US Interest rate semakin menekan dan menunjukkan bahwa pelaku pasar sedang mengumpulkan lebih banyak cash. Hal tersebut juga tercermin pada tekanan indeks dolar AS (DXY) terhadap rupiah yang semakin kuat, di mana the greenback naik selama lima hari dan mendekati level 107 lagi.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Rupiah

Selain tertekan oleh DXY yang menguat, rupiah juga terbebani oleh laporan Indeks Harga Produsen (IHP) AS yang lebih panas dari ekspektasi pasar. IHP AS pada November tumbuh 3% secara tahunan (yoy), lebih tinggi daripada Oktober yang tumbuh 2,6% dan melampaui perkiraan pasar sebesar 2,6%. Secara bulanan (mtm), IHP juga meningkat 0,4%, naik dari 0,3% pada bulan sebelumnya dan melebihi konsensus pasar sebesar 0,2%. Data IHP ini memberikan tekanan karena menunjukkan bahwa tekanan harga dari sisi produsen di AS masih kuat, sehingga menimbulkan keraguan terhadap arah kebijakan suku bunga Federal Reserve (The Fed).Sementara itu, data inflasi konsumen atau Indeks Harga Konsumen (IHK) AS pada periode yang sama lebih stabil. IHK tumbuh 2,7% (yoy) dan 0,3% (mtm), sesuai dengan ekspektasi pasar. Inflasi inti yang tidak mencakup harga pangan dan energi juga bertahan di level 3,3% (yoy) dan 0,3% (mtm), sama dengan bulan sebelumnya.Perkembangan ini membuat keyakinan pasar terhadap peluang penurunan suku bunga oleh bank sentral Federal Reserve agak berkurang. Walau masih sangat tinggi, tetapi terlihat optimisme memudar. Mengutip CME FedWatch, kemungkinan penurunan Federal Funds Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4,25-4,5% pada rapat 18 Desember adalah 95,3%. Berkurang dibandingkan posisi 12 Desember yang mencapai 97,5%.

Teknikal Rupiah

Secara teknikal dalam basis waktu per jam, rupiah masih bergerak dalam tren penurunan setelah pekan lalu sempat menguji level Rp16.000/US$ secara intraday. Kini potensi pelemahan terdekat bisa menguji ke resitance Rp16.180/US$ yang didapatkan dari high candle intraday 7 Agustus 2024. Sementara itu support terdekat atau potensi pembalikan arah menguat berada di MA200 atau di posisi Rp15.895/US$.
More Stories
see more