Pasar
Peluang Investasi Pertama di Dunia: Kisah ART yang Berani Membeli Saham VOC
2025-01-04

Pada masa penjajahan Belanda di Indonesia, perusahaan perdagangan besar bernama Kongsi Dagang Hindia Belanda (VOC) menjadi pelopor dalam melakukan penawaran saham kepada publik. Pada tahun 1602, VOC memperkenalkan mekanisme investasi ini kepada masyarakat luas melalui Bursa Efek Amsterdam. Perusahaan yang berfokus pada perdagangan rempah-rempah ini menarik banyak investor karena prospeknya yang menguntungkan. Salah satu cerita menarik adalah tentang seorang pembantu rumah tangga bernama Neeltgen Cornelis yang juga berpartisipasi dalam penawaran saham pertama ini.

Perusahaan Raksasa dan Penawaran Saham Publik Pertama

VOC mendapatkan perhatian luar biasa ketika memutuskan untuk menjual saham kepada publik. Sebagai perusahaan perdagangan terkemuka, VOC menawarkan peluang investasi yang sangat menjanjikan. Ribuan orang dari berbagai kalangan berbondong-bondong ke Bursa Efek Amsterdam untuk berinvestasi. Tidak ada batasan jumlah dana yang bisa disetorkan, sehingga siapa saja dapat berpartisipasi. Dalam catatan sejarah, tercatat lebih dari seribu investor yang berinvestasi pada awal pendirian VOC.

Kehadiran VOC sebagai perusahaan pertama yang melakukan penawaran saham umum (IPO) membuka jalan bagi revolusi finansial. Sistem ini memungkinkan individu dari berbagai latar belakang untuk berpartisipasi dalam ekonomi global. Meskipun sistem perdagangan saham saat itu masih manual, antusiasme masyarakat tetap tinggi. Proses pendaftaran dilakukan dengan mencatat nama dan jumlah investasi di atas kertas, menciptakan suasana yang ramai di lokasi penjualan saham. Inovasi ini menjadi langkah penting dalam sejarah pasar modal dunia.

Kisah Pembantu Rumah Tangga yang Berani Berinvestasi

Salah satu tokoh yang patut diperhatikan dalam peristiwa ini adalah Neeltgen Cornelis, seorang pembantu rumah tangga yang bekerja untuk salah satu direktur VOC. Meskipun gajinya rendah, Neeltgen memiliki keinginan kuat untuk berinvestasi. Dia percaya bahwa VOC akan memberikan keuntungan besar, namun dia merasa ragu karena keterbatasan dana. Setelah berpikir panjang, Neeltgen akhirnya memutuskan untuk menggunakan tabungannya untuk membeli saham.

Neeltgen menyetor 100 gulden dari penghasilannya yang minim untuk membeli saham VOC. Nama Neeltgen pun tercatat dalam daftar pemegang saham, meski jumlah investasinya jauh lebih kecil dibandingkan dengan para pejabat dan bangsawan lainnya. Sayangnya, Neeltgen hanya memegang saham tersebut selama beberapa bulan sebelum menjualnya kepada Jacques de Pourcq. Padahal, jika dia mempertahankan saham tersebut, potensi keuntungannya bisa sangat besar. Sukses VOC dalam perdagangan rempah-rempah membuktikan bahwa perusahaan ini menjadi salah satu entitas bisnis terbesar di dunia pada masa itu.

More Stories
see more