Pasar
Pemulihan Ekonomi China: Harapan Baru di Tengah Deflasi
2025-01-04

Setelah tiga tahun penurunan berkelanjutan, pasar saham China menunjukkan tanda-tanda pemulihan pada akhir tahun 2024. Indeks MSCI China mengalami kenaikan signifikan sebesar 16%, menjadi pertumbuhan pertama sejak 2020. Peningkatan ini didorong oleh paket stimulus ekonomi senilai US$ 1,4 triliun dari pemerintah pusat untuk membantu utang daerah dan janji stimulus moneter lebih lanjut. Namun, tantangan deflasi masih menghantui ekonomi China, dengan inflasi konsumen yang sangat rendah dan harga produsen yang terus turun. Pelajaran dari Jepang menunjukkan bahwa diperlukan upaya luar biasa untuk mengatasi situasi deflasi.

Langkah-langkah Stimulus Ekonomi Menuju Pemulihan

Pada akhir tahun 2024, China mulai melihat cahaya di ujung terowongan setelah periode sulit yang berkepanjangan. Perekonomian negara ini mendapatkan dorongan kuat dari serangkaian kebijakan stimulatif yang diumumkan oleh pemerintah pusat. Paket stimulus besar-besaran ini bertujuan untuk meredam dampak deflasi dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Meskipun demikian, investor masih menanti kebijakan konkret yang dapat memperkuat konsumsi domestik dan meningkatkan kepercayaan publik.

Beijing telah meluncurkan paket stimulus ekonomi senilai US$ 1,4 triliun untuk membantu pemerintah daerah dalam menangani utang mereka. Langkah ini dilakukan sebagai respons terhadap penurunan harga produsen selama 26 bulan berturut-turut dan inflasi konsumen yang hampir tidak bergerak. Kebijakan ini juga mencakup komitmen untuk memberikan lebih banyak stimulus moneter di tahun mendatang. Namun, beberapa analis meragukan efektivitas langkah-langkah tersebut tanpa adanya reformasi struktural yang lebih mendalam. Selain itu, imbal hasil obligasi 30 tahun China telah jatuh di bawah tingkat Jepang, menunjukkan ketidakpastian tentang masa depan pasar modal.

Melihat Kembali Pengalaman Jepang: Pelajaran untuk China

Kondisi ekonomi China saat ini mirip dengan apa yang dialami Jepang beberapa dekade lalu. Deflasi yang berkepanjangan dan penurunan harga produsen telah menjadi masalah serius bagi kedua negara. Jepang berhasil keluar dari spiral deflasi melalui serangkaian kebijakan ekonomi yang agresif dan inovatif. Pengalaman ini memberikan pelajaran berharga bagi China, yang harus mengambil langkah-langkah tegas untuk menghindari nasib serupa. Salah satu tantangan utama adalah bagaimana meningkatkan konsumsi domestik dan mencegah gejala deflasi yang lebih parah.

Jepang pernah mengalami periode deflasi panjang setelah gelembung properti dan saham meletus pada awal 1990-an. Negara ini akhirnya berhasil mengatasi masalah tersebut dengan stimulus ekonomi yang kuat dan berkelanjutan. Untuk China, langkah-langkah serupa tampaknya diperlukan untuk mengembalikan kepercayaan investor dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Saat ini, imbal hasil obligasi 30 tahun China telah turun di bawah tingkat Jepang, menandakan potensi risiko yang lebih besar. Dengan demikian, keberhasilan pemulihan ekonomi China sangat bergantung pada kebijakan yang tepat dan tindakan cepat dari pemerintah.

More Stories
see more