Kinerja bursa saham Indonesia mengalami penurunan signifikan pada perdagangan Jumat, dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun hingga lebih dari 2%. Pada sesi pertama, IHSG mencapai posisi 6.724,42, menjadi level terendah sejak Juni 2024. Transaksi yang tercatat mencapai Rp 7,2 triliun, melibatkan 9,8 miliar saham. Meskipun beberapa saham menguat, mayoritas mengalami penurunan, mencerminkan tekanan pasar yang kuat.
Penurunan ini terjadi di tengah pergerakan bursa Asia-Pasifik yang beragam. Beberapa indeks seperti ASX 200 Australia, Nikkei 225 Jepang, PSE Filipina, dan KOSPI Korea Selatan juga mengalami koreksi. Namun, IHSG menjadi yang paling terdampak. Analisis menunjukkan bahwa penjualan besar oleh investor asing dalam beberapa hari terakhir telah memberikan tekanan signifikan pada pasar. Dalam empat hari terakhir, total penjualan bersih mencapai hampir Rp 3,3 triliun.
Sitasi ekonomi global dan kebijakan Amerika Serikat mempengaruhi dinamika pasar. Para analis menyoroti bahwa sentimen pasar dipengaruhi oleh kebijakan ekonomi Presiden Donald Trump, yang dianggap kontroversial dan berpotensi memicu ketidakstabilan ekonomi global. Ini termasuk dampak dari perang dagang serta potensi inflasi di AS yang dapat membatasi ruang pemangkasan suku bunga. Pelaku pasar juga menantikan laporan ketenagakerjaan AS untuk bulan Januari, yang akan menjadi indikator penting bagi arah kebijakan Federal Reserve.
Dengan posisi saat ini, IHSG berada di level psikologis 6.700, yang berpotensi membuat saham-saham bluechip turun lebih dalam. Namun, situasi ini juga membuka peluang bagi investasi jangka panjang dengan valuasi yang semakin menarik. Meski tantangan masih ada, optimisme tentang pemulihan ekonomi global tetap tinggi, didukung oleh data lapangan kerja AS yang menunjukkan stabilitas dan kekuatan.