Pasar
Penyesuaian Suku Bunga BI dan Dampaknya pada Ekonomi Indonesia
2025-01-20

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 5,75%. Keputusan ini sejalan dengan laju inflasi yang rendah di Indonesia. Para ekonom berharap perbankan dapat mengikuti penyesuaian ini agar biaya dana bisa lebih rendah, mendukung pertumbuhan sektor riil. Selain itu, BI telah menahan penurunan suku bunga selama empat bulan terakhir karena menunggu kebijakan dari the Fed. Meskipun rupiah melemah, fundamental ekonomi Indonesia tetap kuat, ditunjukkan oleh surplus perdagangan beruntun dan cadangan devisa yang solid.

Penyesuaian Suku Bunga Mendukung Pertumbuhan Ekonomi

Keputusan Bank Indonesia (BI) untuk menurunkan suku bunga acuan merupakan langkah strategis yang bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Penurunan ini sejalan dengan kondisi inflasi yang relatif rendah, sehingga membuka peluang bagi bank-bank lokal untuk menyesuaikan suku bunga pinjaman mereka. Dengan demikian, biaya pendanaan dapat berkurang, memberikan ruang bagi sektor riil untuk berkembang lebih pesat.

Berdasarkan laporan terbaru, inflasi Indonesia berada pada level 1,55% secara tahunan. Hal ini menciptakan lingkungan yang kondusif bagi penurunan suku bunga. Airlangga, seorang ekonom senior, menekankan pentingnya penyesuaian biaya dana perbankan agar tidak terlalu tinggi. Dia menambahkan bahwa jika biaya dana tidak turun, maka akan ada potensi kenaikan biaya operasional yang tidak perlu. Oleh karena itu, dia berharap perbankan dapat merespons dengan cepat untuk mendukung aktivitas ekonomi yang lebih dinamis.

Kebijakan BI dalam Konteks Global

Dalam konteks global, Bank Indonesia (BI) telah sangat berhati-hati dalam mengambil keputusan mengenai suku bunga. Sejak Oktober 2024, BI telah menahan diri untuk tidak menurunkan suku bunga lebih lanjut sambil menunggu keputusan dari the Fed. Ini dilakukan untuk mencegah capital flight atau pembalikan modal yang bisa merugikan stabilitas ekonomi nasional. Menurut Airlangga, biasanya suku bunga BI tidak boleh lebih rendah dari suku bunga the Fed untuk menghindari risiko tersebut.

Mengenai pelemahan mata uang rupiah, Airlangga menegaskan bahwa situasi ini bukan hanya masalah Indonesia. Fundamental ekonomi negara masih kuat, didukung oleh surplus perdagangan yang berlangsung selama 56 bulan berturut-turut dan cadangan devisa yang kuat. Dia juga menyoroti bahwa beberapa negara lain, seperti Jepang dan Turki, menghadapi tantangan serupa atau bahkan lebih besar. Oleh karena itu, Indonesia harus tetap optimis dan fokus pada langkah-langkah strategis untuk memperkuat ekonominya.

More Stories
see more