Pasar
Pergerakan IHSG: Volatilitas di Sesi I dan Dampak Eksternal
2025-01-07

Pada sesi perdagangan pertama Selasa (7/1/2025), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menunjukkan pergerakan yang tidak stabil. Meskipun turun tipis, indeks masih bertahan di level psikologis penting. Transaksi mencapai Rp 4,6 triliun dengan aktivitas saham yang signifikan. Sektor keuangan dan konsumer non-primer menjadi faktor penekan, sementara sektor kesehatan berperan sebagai penahan. Bank Mandiri dan Telkom Indonesia membebani indeks, sedangkan Barito Renewables Energy dan Amman Mineral Internasional menjadi penopang utama. Ketidakpastian ekonomi global dan domestik juga berpengaruh, terutama dengan keluarnya dana asing dan ketidakpastian kebijakan AS.

Ketidakstabilan Perdagangan dan Faktor Penekan

Di awal perdagangan, IHSG mengalami volatilitas yang cukup tinggi. Meski demikian, indeks berhasil bertahan di level psikologis 7.000 meski sempat terkoreksi. Aktivitas transaksi mencapai Rp 4,6 triliun dengan partisipasi aktif dari berbagai emiten. Sektor keuangan dan konsumer non-primer menjadi pendorong penurunan, sementara sektor kesehatan mampu mengimbangi tekanan tersebut. Beberapa saham besar seperti PT Bank Mandiri dan PT Telkom Indonesia menjadi faktor utama penurunan indeks.

Dalam detailnya, saham-saham bank besar seperti Bank Mandiri menekan indeks hingga 6,8 indeks poin, sementara Telkom Indonesia membawa beban hingga 8,1 indeks poin. Ini menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan besar memiliki pengaruh signifikan terhadap pergerakan pasar. Selain itu, ketidakpastian ekonomi global dan domestik, termasuk aliran dana asing yang keluar, menambah tekanan pada IHSG. Kebijakan AS yang belum jelas juga menjadi faktor utama dalam ketidakstabilan ini.

Faktor Penahan dan Proyeksi Masa Depan

Meski mengalami tekanan, beberapa sektor dan saham mampu menjadi penahan bagi IHSG. Emiten energi baru terbarukan dan pertambangan menjadi penopang utama. PT Barito Renewables Energy dan PT Amman Mineral Internasional memberikan kontribusi positif dengan penambahan indeks poin. Hal ini menunjukkan bahwa diversifikasi investasi dapat membantu mengimbangi risiko pasar. Selain itu, kondisi ekonomi domestik juga mempengaruhi performa IHSG.

Situasi ekonomi global, terutama AS, tetap menjadi fokus utama investor. Data ekonomi AS seperti Openings and Labor Turnover Survey (JOLTS) dan laporan Perubahan Ketenagakerjaan ADP akan dirilis minggu ini, memberikan petunjuk tentang arah ekonomi global. Di dalam negeri, Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan beberapa proyeksi APBN 2024, termasuk defisit sebesar 2,29% terhadap PDB. Asumsi makroekonomi meleset dari target, dengan inflasi yang lebih rendah dari perkiraan dan nilai tukar rupiah yang lebih lemah. Namun, pertumbuhan ekonomi diperkirakan mencapai sekitar 5%, memberikan gambaran optimis untuk masa depan.

More Stories
see more