Pasar saham di kawasan Asia mengalami perubahan signifikan setelah bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve, memutuskan untuk menahan suku bunga. Keputusan ini berdampak langsung pada beberapa pasar regional, termasuk Australia yang mencatat peningkatan indeks harga ekspor dan impor. Di sisi lain, Jepang mengalami penurunan kecil pada indeks acuan utamanya. The Fed tetap waspada terhadap kondisi inflasi dan ketenagakerjaan, menunggu data lebih lanjut sebelum membuat kebijakan baru.
Kebijakan The Fed untuk mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 4,25%-4,50% tanpa memberikan petunjuk jelas tentang pemotongan suku bunga mendatang, mencerminkan sikap hati-hati dalam menghadapi fluktuasi ekonomi global. Ketua Fed Jerome Powell menekankan pentingnya mengevaluasi dampak kebijakan pemerintah dan situasi ekonomi secara keseluruhan sebelum melakukan penyesuaian lebih lanjut.
Pasar Australia menunjukkan tanda-tanda positif dengan peningkatan indeks S&P/ASX 200 sebesar 0,37%, melanjutkan kenaikan dari sesi sebelumnya. Pergerakan ini dipengaruhi oleh stabilitas suku bunga AS dan dinamika ekonomi global. Data Biro Statistik Australia menunjukkan bahwa indeks harga ekspor naik 3,6% pada kuartal keempat 2024, meskipun turun 8,6% sepanjang tahun. Indeks harga impor juga mengalami kenaikan 0,2% pada kuartal tersebut, namun turun 1,9% sepanjang tahun.
Data ini mencerminkan perubahan harga impor dan ekspor negara tersebut, menunjukkan fluktuasi ekonomi yang kompleks. Peningkatan indeks harga ekspor dapat diartikan sebagai respons positif terhadap permintaan global, sementara penurunan sepanjang tahun menunjukkan tantangan dalam menjaga keseimbangan perdagangan. Faktor-faktor seperti nilai tukar mata uang, permintaan global, dan kebijakan perdagangan internasional berperan penting dalam dinamika ini. Stabilitas suku bunga AS juga berkontribusi pada keyakinan investor, mendorong pertumbuhan pasar saham lokal.
The Federal Reserve memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 4,25%-4,50%, tanpa memberikan petunjuk spesifik tentang pemotongan suku bunga mendatang. Keputusan ini mencerminkan sikap hati-hati bank sentral AS dalam menghadapi kondisi ekonomi global yang masih tidak pasti. Ketua Fed Jerome Powell menekankan perlunya mengevaluasi dampak kebijakan pemerintah dan situasi ekonomi secara keseluruhan sebelum melakukan penyesuaian lebih lanjut.
Setelah memangkas suku bunga tiga kali pada akhir tahun lalu, inflasi AS sebagian besar bergerak mendatar dalam beberapa bulan terakhir. Dalam pernyataan kebijakan terbarunya, The Fed menghapus bahasa yang menyatakan bahwa inflasi "telah menunjukkan kemajuan" menuju target inflasi 2%, dan hanya mencatat bahwa laju kenaikan harga "tetap tinggi." Sikap ini menunjukkan bahwa The Fed akan terus memantau kondisi inflasi dan ketenagakerjaan dengan cermat, serta menilai dampak kebijakan pemerintah sebelum membuat keputusan selanjutnya. Keputusan ini berdampak langsung pada pasar saham Asia, termasuk Jepang yang mengalami penurunan kecil pada indeks acuan utamanya.