Donald John Trump dipersiapkan untuk dilantik sebagai Presiden Amerika Serikat ke-47 pada Senin, 20 Januari 2025, setelah menang dalam Pemilihan Presiden AS yang berlangsung pada 5 November 2024. Kembalinya Trump ke posisi tertinggi di negara adidaya dunia ini mempengaruhi sentimen ekonomi dan pasar keuangan global. Menurut analisis dari seorang pakar investasi senior, Farash Farich dari BNI Asset Management, pasar telah merespons dengan volatilitas terhadap era baru kepemimpinan Trump. Selain itu, arah kebijakan ekonomi Trump akan memiliki dampak signifikan pada tarif impor, inflasi, dan suku bunga The Fed.
Kebijakan dan tindakan Trump selama periode pertamanya telah membentuk ekspektasi pasar untuk periode kedua. Analis menyatakan bahwa pasar telah bereaksi terhadap prospek kepemimpinan Trump 2.0, menghasilkan fluktuasi yang mencolok. Nilai tukar mata uang, termasuk Rupiah, diprediksi akan mengalami penurunan sekitar 2%, sementara aliran modal asing mulai masuk ke pasar domestik secara bertahap. Situasi ini menciptakan ketidakpastian yang perlu diantisipasi oleh pelaku pasar.
Saat ini, pasar sedang menanti realisasi dari kebijakan-kebijakan yang sudah diekspektasikan. Volatilitas pasar diperkirakan akan tetap ada, khususnya pada nilai tukar mata uang. Hal ini disebabkan oleh ketidakpastian mengenai arah kebijakan ekonomi Trump, terutama terkait tarif impor. Tarif ini dapat berdampak langsung pada inflasi dan akhirnya mempengaruhi kebijakan suku bunga The Fed. Perubahan ini akan menciptakan dinamika baru dalam perdagangan internasional dan stabilitas ekonomi global.
Berbagai pihak di Indonesia juga memperhatikan bagaimana kebijakan ekonomi Trump akan mempengaruhi kondisi ekonomi lokal. Pakar ekonomi melihat bahwa tarif impor yang diterapkan oleh pemerintahan Trump dapat berdampak pada inflasi di Indonesia. Selain itu, kebijakan ini juga berpotensi mempengaruhi keputusan Bank Indonesia (BI) terkait suku bunga acuan. Ekspektasi terhadap penurunan suku bunga The Fed semakin menurun, dengan prediksi hanya satu kali pemangkasan di tahun 2025.
Pasar keuangan Indonesia diproyeksikan akan mengalami fluktuasi sebagai respons terhadap kebijakan Trump. Para pelaku pasar di Tanah Air memperhatikan dengan seksama langkah-langkah yang akan diambil oleh Trump, terutama terkait tarif impor dan kebijakan moneter. Penyesuaian ini akan berdampak langsung pada inflasi dan suku bunga di Indonesia. Selain itu, kebijakan tersebut juga akan mempengaruhi arus modal asing yang masuk ke pasar domestik. Di tengah ketidakpastian ini, Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan menyesuaikan kebijakan suku bunga acuan untuk menjaga stabilitas ekonomi nasional.