Pada hari pertama peluncuran Perdagangan Karbon Internasional di Bursa Efek Indonesia (BEI), transaksi mencapai 41.822 ton setara CO2 (tCO2e). Transaksi ini melibatkan lima proyek dan sembilan pengguna jasa, serta sembilan pembeli. Dua kategori karbon diperdagangkan, yaitu solusi teknologi berbasis Indonesia dan energi terbarukan, dengan harga masing-masing Rp 96.000 dan Rp 144.000. Direktur Utama BEI, Iman Rachman, menyatakan bahwa harga ini lebih tinggi dibandingkan sebelumnya. BEI menargetkan volume perdagangan karbon tahun ini mencapai antara 500.000 hingga 750.000 ton CO2 ekuivalen dengan penambahan 200 pengguna jasa karbon. Ini merupakan langkah penting dalam upaya meningkatkan minat investor dan penetrasi pasar internasional.
Perdagangan karbon internasional di BEI dimulai dengan catatan yang mengesankan. Pada hari pertama, Senin (20/1/2025), volume transaksi mencapai 41.822 ton setara CO2 (tCO2e). Transaksi ini melibatkan lima proyek dan sembilan pengguna jasa, serta sembilan pembeli. Kategori karbon yang diperdagangkan termasuk solusi teknologi berbasis Indonesia (IDTBSA) dan energi terbarukan (IDTBSA-RE), dengan harga masing-masing Rp 96.000 dan Rp 144.000. Direktur Utama BEI, Iman Rachman, menyoroti bahwa harga tersebut lebih tinggi dibandingkan sebelumnya, mencerminkan permintaan yang kuat untuk produk karbon ini.
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mahendra Siregar, menjelaskan bahwa target transaksi dan penetrasi pasar internasional bertujuan untuk meningkatkan minat investor. BEI dan OJK telah sepakat untuk mengadakan berbagai diskusi dan dialog dengan pihak-pihak terkait di berbagai negara. Langkah ini bertujuan untuk mendorong kenaikan investasi dan minat terhadap transaksi di bursa perdagangan karbon. Selain itu, data dari periode September 2023 hingga Januari 2024 menunjukkan bahwa volume perdagangan IDX Carbon mencapai 1,131 juta tCO2e, dengan nilai perdagangan mencapai Rp 58,868 miliar.
Bursa Efek Indonesia (BEI) telah merancang strategi ambisius untuk memperluas cakupan perdagangan karbon internasional. Target utamanya adalah meningkatkan volume perdagangan hingga 500.000 hingga 750.000 ton CO2 ekuivalen pada tahun 2025, dengan penambahan 200 pengguna jasa karbon. Melalui kerjasama erat dengan OJK, BEI berharap dapat mendorong minat investor dan memperluas jangkauan pasar internasional. Upaya ini tidak hanya akan membantu mencapai tujuan lingkungan, tetapi juga akan memperkuat posisi BEI sebagai pemimpin di bidang perdagangan karbon.