Dalam lima tahun terakhir, pasangan Meghan Markle dan Pangeran Harry telah membawa perubahan signifikan bagi Istana Buckingham. Sejak keputusan mereka untuk mengundurkan diri dari kehidupan kerajaan, dikenal sebagai Megxit, pasangan ini telah menciptakan banyak kontroversi dan perhatian publik. Menurut analisis oleh Richard Eden, seorang ahli kerajaan, pengaruh mereka bahkan sudah terasa sebelum keputusan tersebut, dimulai dengan wawancara jujur yang dilakukan Meghan kepada Vanity Fair pada tahun 2017.

Pengaruh Awal: Wawancara Jujur Meghan Markle

Ketika Meghan Markle memberikan wawancara kepada Vanity Fair pada tahun 2017, reaksi yang ditimbulkan sangat beragam. Wawancara tersebut menjadi sorotan utama karena membahas hubungan Meghan dengan Pangeran Harry secara mendalam. Meskipun banyak orang merasa senang atas hubungan serius antara keduanya, beberapa pihak di Istana merasa khawatir akan dampak potensial dari wawancara ini.

Wawancara tersebut dilakukan hanya dua bulan sebelum Harry melamar Meghan, sebuah langkah yang tidak biasa dalam protokol kerajaan. Biasanya, wanita yang akan menikah dengan anggota keluarga kerajaan hanya memberikan wawancara setelah pertunangan resmi diumumkan dan wawancara tersebut harus disetujui oleh pejabat Istana. Kejadian ini memicu spekulasi bahwa Meghan mungkin menggunakan hubungan dengan Harry untuk tujuan publisitas. Namun, sumber dekat dengan pasangan ini menyatakan bahwa wawancara tersebut telah mendapat persetujuan dari Istana Kensington.

Megxit: Perubahan Besar dalam Kehidupan Kerajaan

Selama lima tahun terakhir, Meghan Markle dan Pangeran Harry telah menciptakan berbagai perubahan besar bagi Istana Buckingham. Keputusan mereka untuk meninggalkan kehidupan kerajaan, dikenal sebagai Megxit, menjadi titik balik penting. Menurut Richard Eden, dampak dari keputusan ini bahkan sudah terasa sebelum Megxit terjadi, dengan beberapa tindakan yang dilakukan oleh pasangan tersebut.

Sejak Megxit, pasangan ini telah memperkenalkan cara baru dalam berinteraksi dengan publik dan media. Mereka lebih sering berbicara tentang isu-isu sosial dan hak asasi manusia, serta menjalin kemitraan dengan berbagai organisasi nirlaba. Ini menunjukkan pergeseran fokus mereka dari protokol tradisional kerajaan ke inisiatif yang lebih modern dan inklusif. Meski begitu, keputusan ini tetap menimbulkan pro dan kontra di kalangan publik dan anggota keluarga kerajaan lainnya.