Menurut data terbaru, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat ada 19 perusahaan yang berencana melakukan pencatatan perdana saham atau initial public offering (IPO). Dari jumlah tersebut, satu perusahaan memiliki aset antara Rp50 miliar hingga Rp250 miliar, sementara 18 lainnya memiliki aset di atas Rp250 miliar. Sampai dengan awal Februari 2025, delapan perusahaan telah mencatatkan sahamnya di BEI, mengumpulkan dana sebesar Rp3,7 triliun. Perusahaan-perusahaan yang akan IPO berasal dari berbagai sektor seperti konsumer non-siklikal, kesehatan, industri, energi, keuangan, dan transportasi.
Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan diversifikasi sektoral yang kuat dalam pipeline IPO. Sebanyak enam perusahaan berasal dari sektor konsumer non-siklikal, tiga dari sektor kesehatan, tiga lagi dari sektor industri, dan tiga dari sektor energi. Selain itu, dua perusahaan berasal dari sektor siklikal, satu dari sektor keuangan, dan satu lagi dari sektor transportasi. Ini mencerminkan potensi pertumbuhan yang luas di berbagai bidang ekonomi.
Dengan adanya variasi sektor ini, investor memiliki lebih banyak pilihan untuk mendiversifikasi portofolio mereka. Misalnya, perusahaan-perusahaan konsumer non-siklikal dapat menawarkan stabilitas karena produk-produknya biasanya tetap dibutuhkan meski kondisi ekonomi tidak stabil. Sedangkan perusahaan-perusahaan kesehatan dan energi bisa memberikan peluang pertumbuhan yang signifikan, mengingat permintaan global yang meningkat di sektor-sektor tersebut. Perusahaan-perusahaan ini juga menunjukkan komitmen mereka terhadap inovasi dan peningkatan layanan.
Selain IPO, BEI juga mencatat tujuh perusahaan yang berencana melakukan penambahan modal melalui hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue. Tiga perusahaan berasal dari sektor bahan baku, dua dari sektor energi, dan dua lagi dari sektor kesehatan. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan ini sedang mempersiapkan diri untuk ekspansi atau pengembangan proyek baru.
Tidak hanya itu, hingga awal Februari 2025, terdapat 18 emisi dari 14 penerbit Efek Bersifat Utang dan Sukuk (EBUS) yang berada dalam pipeline. Penerbitan EBUS ini memberikan alternatif pembiayaan bagi perusahaan-perusahaan yang ingin menggalang dana tanpa harus melepaskan kepemilikan saham. Ini juga membuka peluang bagi investor untuk mendapatkan imbal hasil tetap. Keberagaman metode pembiayaan ini menunjukkan fleksibilitas pasar modal Indonesia dalam mendukung pertumbuhan ekonomi.