Pasar
Revisi Target Bisnis Bank di Tahun 2024: Kondisi Perekonomian yang Menantang
2024-11-28
Di Jakarta, CNBC Indonesia, kondisi perekonomian domestik saat ini menjadi perhatian utama. Beberapa bank telah melakukan revisi target bisnis mereka untuk akhir tahun 2024. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pertumbuhan kelas menengah ke bawah yang terbatas, persaingan suku bunga yang ketat, dan tekanan biaya pendanaan.

Temukan Kegagalan Bank dan Tantangan Perekonomian

Pertumbuhan Kredit di Bank CIMB Niaga

PT Bank CIMB Niaga Tbk. (BNGA), bank swasta terbesar kedua RI, telah merevisi target pertumbuhan kredit tahun ini menjadi 6%. Presiden Direktur CIMB Niaga, Lani Darmawan, mengungkapkan bahwa ada beberapa tantangan seperti cost of fund yang masih tinggi dan daya beli kelas menengah yang menurun. Hal ini memberikan tantangan terhadap pertumbuhan loan dan dana pihak ketiga. "Karena akan tidak kondusif untuk kualitas aset di kemudian hari, jika dipaksakan," kata Lani.

Hal ini menunjukkan bahwa kondisi saat ini membutuhkan perhatian khusus dari bank untuk memastikan kinerja mereka tetap baik meskipun ada perubahan target.

Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga di OK Bank

PT Bank Oke Indonesia Tbk. (DNAR) atau OK Bank juga telah merevisi target pertumbuhan dana pihak ketiga pada Juni lalu. Direktur Kepatuhan OK Bank, Efdinal Alamsyah, mengatakan pesimistis dalam survei SBPO merefleksikan tantangan ekonomi saat ini. "Kita ada revisi penurunan terhadap target DPK (konsekuensi nya ada revisi untuk total aset), akan tetapi tidak ada revisi untuk target loan dan laba," ujarnya.

Ini menunjukkan bahwa bank harus berhati-hati dalam mengatur target mereka untuk memastikan kinerja mereka tetap stabil meskipun ada perubahan kondisi ekonomi.

Pertumbuhan Laba di Bank Tabungan Negara

PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) juga telah merevisi target pertumbuhan labanya menjadi sekitar 1% untuk akhir tahun 2024. Direktur Utama BTN, Nixon L.P. Napitupulu, mengungkapkan penyebabnya adalah tekanan biaya pendanaan atau cost of fund yang terdongkrak oleh kenaikan suku bunga acuan. "Saya mendingan nurunin, tapi saya bisa deliver daripada saya janjiin, tapi saya nggak bisa deliver. Jadi, saya mesti realistis, cost of fund ini kan naik terus," ujarnya.

Ini menunjukkan bahwa bank harus berhati-hati dalam mengatur target mereka untuk memastikan kinerja mereka tetap stabil meskipun ada perubahan kondisi ekonomi.

OJK mencatat bahwa pertumbuhan kredit perbankan melambat menjadi 10,85% secara tahunan pada September 2024. Sebulan sebelumnya, kredit perbankan tumbuh 11,40% yoy. Bank Indonesia (BI) juga mencatat simpanan berjangka rupiah dan valuta asing tumbuh 4,6% yoy, tetapi turun dari sebulan sebelumnya sebesar 5,4% yoy.

Hal ini menunjukkan bahwa kondisi perekonomian saat ini cukup menantang bagi bank dan mereka harus berhati-hati dalam mengatur target bisnis mereka.

More Stories
see more