Pasar
Rupiah Depresiasi, Dolar Mencapai Level Rp16.000
2024-12-13
Jakarta, CNBC Indonesia – Saat ini, rupiah mengalami depresi terhadap dolar AS. Data Indeks Harga Konsumen (IHK) dan Indeks Harga Produsen (IHP) AS yang lebih tinggi daripada periode sebelumnya telah memberikan dampak pada pergerakan nilai rupiah. Pada hari ini, pukul 14:29 WIB, rupiah terdepresiasi sekitar 0,5% dan berada di angka Rp16.000/US$. Posisi ini merupakan yang terparah sejak 7 Agustus 2024, yaitu sekitar empat bulan terakhir. Sementara itu, indeks dolar AS (DXY) naik 0,21% dan mencapai angka 107,18, yang lebih tinggi daripada penutupan sebelumnya di angka 106,95.

Perubahan Nilai Rupiah dan Data Inflasi: Dampak yang Menarik

Rupiah Terdepresiasi dan Dampaknya

Rupiah terdepresiasi setelah rilis data inflasi AS yang lebih tinggi. Ini menunjukkan bahwa kondisi ekonomi AS memiliki pengaruh signifikan pada nilai rupiah. Data tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan IHP AS sangat kontras dengan IHK AS yang dirilis kemarin. IHK AS pada bulan lalu tumbuh 2,7% secara tahunan dan 0,3% secara bulanan, sedangkan IHP AS pada November lalu tumbuh 3% secara tahunan dan lebih tinggi dari ekspektasi pasar. Kondisi ini membuat pasar bimbang tentang rencana The Fed terkait penurunan suku bunga di pertemuan pekan depan. Namun, para investor tetap optimis bahwa The Fed akan kembali memangkas suku bunganya pada pertemuan tersebut.

Perbandingan Posisi Rupiah dengan Indeks Dolar AS

Indeks dolar AS (DXY) naik 0,21% dan berada di angka 107,18, sementara rupiah terdepresiasi sekitar 0,5% dan berada di angka Rp16.000/US$. Perbedaan ini menunjukkan bahwa nilai rupiah lebih rentan terhadap perubahan data inflasi AS. Kondisi ini juga mengindikasikan bahwa kondisi ekonomi AS memiliki pengaruh yang lebih kuat pada nilai rupiah daripada pada indeks dolar AS. Para investor perlu memantau pergerakan nilai rupiah dan indeks dolar AS dengan cermat untuk memahami kondisi ekonomi global dan mengantisipasi perubahan nilai uang.

Perspektif Pasar terhadap Data Inflasi

Data inflasi konsumen dan inflasi produsen yang bervariasi membuat pasar bimbang. Pasar tidak yakin tentang rencana The Fed terkait penurunan suku bunga di pertemuan pekan depan. Namun, para investor tetap optimis bahwa The Fed akan kembali memangkas suku bunganya. Ini menunjukkan bahwa pasar memiliki persepsi yang berbeda tentang kondisi ekonomi AS dan rencana The Fed. Para investor perlu memahami persepsi pasar dan mengambil keputusan yang tepat berdasarkan informasi yang mereka miliki.
More Stories
see more