Pasar
Rupiah Lebih Lemah, Dolar Mendekati Rp15.600
2024-12-12
Jakarta, CNBC Indonesia – Dalam perdagangan hari ini (12/12/2024), rupiah kembali mengalami pelemahan. Data Refinitiv menunjukkan bahwa pada penutupan perdagangan, rupiah lesu dan turun sebesar 0,06% ke level Rp15.920/US$. Sepanjang harinya, nilai tukar rupiah berfluktuasi di rentang Rp15.920/US$ hingga Rp15.950/US$.

Inflasi Konsumen dan Ekspektasi KBI

Rilis data inflasi konsumen AS pada November 2024 menunjukkan pertumbuhan tahunan 2,7% year-on-year (yoy), sesuai dengan ekspektasi pasar. Hal ini memperkuat prospek pemangkasan suku bunga lebih lanjut oleh Federal Reserve. Probabilitas pasar untuk pemangkasan suku bunga pada pertemuan pekan depan melonjak menjadi 96,2%, dari sebelumnya 86%. Namun, inflasi inti AS yang tetap berada di level 3,3% yoy mengindikasikan ketahanan inflasi yang masih di atas target tahunan Fed sebesar 2%, sehingga mempertegas perlambatan kebijakan moneter yang lebih agresif.

Inflasi konsumen menjadi faktor utama yang menekan pergerakan mata uang Garuda. Kondisi ini menunjukkan bahwa inflasi masih menjadi perhatian utama dalam perekonomian AS dan memiliki dampak signifikan pada pergerakan mata uang.

Selain itu, ekspektasi kebijakan suku bunga juga memainkan peran penting. Peningkatan probabilitas pemangkasan suku bunga menunjukkan kepekaan pasar terhadap perubahan kebijakan moneter. Ini mengarah pada ketidakpastian dalam pergerakan mata uang dan mempengaruhi investasi dan perdagangan di berbagai sektor.

Data Inflasi Produsen dan KBI

Data inflasi produsen AS yang akan keluar hari ini juga memengaruhi pasar. Konsensus memperkirakan Indeks Harga Produsen (IHP) melandai menjadi 0,2% yoy. Jika data ini sesuai ekspektasi, pasar mengantisipasi bahwa The Fed akan terus memangkas suku bunga, tetapi dengan pendekatan lebih hati-hati di tahun mendatang.

Data inflasi produsen merupakan indikator lain yang mempengaruhi pergerakan mata uang. Perubahan dalam indeks harga produsen dapat memberikan wawasan tentang kondisi ekonomi produksi di AS dan dampaknya pada inflasi dan kebijakan moneter.

Anticipasi terhadap perubahan suku bunga berdasarkan data inflasi produsen menunjukkan kepekaan pasar terhadap berbagai faktor ekonomi. Pasar selalu berusaha memprediksi perubahan kebijakan moneter dan mengadaptasi diri sesuai dengan kondisi tersebut.

Data Klaim Pengangguran AS

Selain itu, data klaim pengangguran AS yang diperkirakan menurun menjadi 220.000 klaim dari pekan sebelumnya yang mencapai 224.000 klaim. Penurunan ini mengindikasikan pemulihan pasar tenaga kerja AS, sehingga menambah tekanan bagi mata uang di pasar negara berkembang, termasuk rupiah.

Data klaim pengangguran menjadi indikator penting untuk mengukur kesehatan pasar tenaga kerja. Penurunan klaim pengangguran menunjukkan kemajuan dalam penanggulangan masalah pengangguran di AS dan dapat mempengaruhi konsumsi dan pertumbuhan ekonomi.

Perubahan dalam data klaim pengangguran juga memiliki implikasi bagi mata uang. Ketahanan pasar tenaga kerja dapat memberikan kepercayaan investor dan mempengaruhi pergerakan mata uang di pasar internasional.

Sentimen Eropa dan KBI

Sentimen dari Eropa juga ikut menambah tekanan terhadap rupiah. Bank Sentral Eropa (ECB) diprediksi akan kembali memangkas suku bunga acuannya besok, menandai pemangkasan keempat kalinya pada tahun ini. Langkah ini menunjukkan percepatan pelonggaran kebijakan moneter di Zona Euro, sehingga menarik minat investor terhadap aset berdenominasi euro.

Sentimen dari Eropa menjadi faktor eksternal yang mempengaruhi pergerakan rupiah. Perubahan kebijakan moneter di Eropa dapat mempengaruhi pergerakan mata uang di seluruh dunia, termasuk rupiah.

Perkiraan pemangkasan suku bunga di ECB dan dampaknya pada investor dapat memberikan wawasan tentang tren moneter internasional dan dampaknya pada mata uang negara berkembang seperti rupiah.

More Stories
see more