Pasar
Terkait Depresiasi Rupiah Terhadap Dolar AS
2024-12-19
Jakarta, CNBC Indonesia - Pada hari ini, rupiah mengalami depresiasi yang cukup signifikan terhadap dolar AS. Hal ini terjadi setelah bank sentral AS (The Fed) mengubah ekspektasi cut rate menjadi lebih hawish di 2025. Refinitiv menyebutkan bahwa rupiah mengalami penurunan sebesar 1,34% sekitar pukul 14:40 WIB dan berada di angka Rp16.300/US$. Posisi ini merupakan yang paling lemah sejak 4 Juli 2024. Sementara itu, indeks dolar AS (DXY) naik 0,06% menjadi 108,09, yang lebih tinggi daripada penutupan sebelumnya yang berada di angka 108,03.
Informasi Dini Hari Ini
Pada dini hari Kamis (19/12/2024), The Fed memangkas suku bunganya sebesar 25 basis poin (bps) ke 4,35 - 4,50%, sesuai dengan ekspektasi pasar. Namun, di balik pemangkasan tersebut, bank sentral AS menunjukkan bahwa mereka akan lebih hati-hati. Dot plot, yaitu matriks ekspektasi dan pandangan suku bunga masa depan dari anggota Federal Open Market Committee (FOMC), menunjukkan bahwa mereka hanya akan menurunkan dua kali lagi pada 2025. Ekspektasi ini terlihat dari dot plot terbaru November ini. Dan bahkan merujuk pada dot plot terbaru, dua pemotongan yang diekspektasikan pada 2025 hanya setengah dari target komite ketika plot tersebut terakhir diperbarui pada September dengan ekspektasi pemangkasan sebesar 100 bps pada 2025. Hal ini yang menyebabkan DXY melesat dengan signifikan dan rupiah akhirnya kembali tertekan.Implikasi Terhadap Pasar
Depresiasi rupiah ini memiliki dampak yang cukup luas pada pasar. Para investor dan pengusaha perlu lebih cermat dalam mengambil keputusan. Kondisi ini juga memicu perubahan dalam struktur ekonomi dan perilaku pasar. Misalnya, impor dan ekspor akan terganggu, dan harga barang-barang internasional dapat mengalami perubahan. Selain itu, efek ini juga akan merugikan para warga yang memiliki kebutuhan finansial yang terkait dengan dolar AS. Mereka mungkin harus menghadapi biaya tambahan atau mengalami penurunan nilai aset mereka.Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi depresiasi rupiah ini. Salah satunya adalah kebijakan moneter bank sentral AS. Jika bank sentral AS lebih konservatif dalam mengatur suku bunga, maka rupiah akan cenderung terdepresiasi. Selain itu, kondisi ekonomi internasional juga memainkan peran penting. Jika kondisi ekonomi di AS atau di negara lain yang berhubungan dengan rupiah lebih baik, maka rupiah akan lebih stabil. Namun, jika terjadi gangguan di luar negeri, maka rupiah akan lebih rentan terhadap depresiasi.Pengendalian dan Langkah-langkah
Untuk mengendalikan depresiasi rupiah, bank sentral Indonesia dapat mengambil beberapa langkah. Salah satunya adalah dengan mengatur suku bunga secara tepat. Jika suku bunga di Indonesia diturunkan, maka akan menarik investasi asing ke Indonesia dan membantu menaikkan nilai rupiah. Namun, jika suku bunga terlalu rendah, maka akan menimbulkan risiko inflasi. Selain itu, bank sentral Indonesia juga dapat melakukan intervensi di pasar forex untuk mempertahankan stabilitas nilai rupiah. Namun, intervensi ini harus dilakukan dengan bijak dan tidak boleh mengganggu keseimbangan pasar secara keseluruhan.