Pasar
Terkait Perubahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Faktor-Faktornya
2024-11-15
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat ini sedang mengalami perubahan yang menarik. Pada perdagangan sesi I Jumat (15/11/2024), IHSG terpantau kembali ambles hingga 1% lebih. Hal ini terjadi di tengah kondisi yang semakin memburuk di pasar global setelah bank sentral Amerika Serikat (AS) mengindikasikan akan memperlambat laju pemangkasan suku bunga. Perubahan IHSG: Dampak dari Bank Sentral AS dan PPN
Perspektif 1: Efek Bank Sentral AS pada IHSG
Per pukul 11:06 WIB, IHSG ambles 1,09% ke posisi 7.135,944. IHSG pun kembali ke level psikologis 7.100 pada sesi I hari ini. Nilai transaksi indeks pada sesi I hari ini sudah mencapai sekitar Rp 5 triliun dengan melibatkan 13,8 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 643.903 kali. Sebanyak 126 saham menguat, 420 saham melemah, dan 211 saham cenderung stagnan.Bank sentral AS dengan kemungkinan memperlambat pemangkasan suku bunga memberikan dampak yang signifikan pada IHSG. Kondisi ini membuat para investor menjadi lebih cermat dalam mengambil keputusan investasi. Ekonomi AS yang tumbuh 2,8% pada kuartal III-2024, sedikit lebih rendah dari yang diperkirakan tetapi masih lebih tinggi dari tren historis AS sekitar 1,8%-2%. Proyeksi awal menunjukkan ekonomi AS akan tumbuh 2,4% pada kuartal IV-2024. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi ekonomi masih cukup stabil meskipun ada perubahan di suku bunga.Chairman The Fed Jerome Powell mengisyaratkan bahwa The Fed akan memperlambat pemangkasan suku bunga. Kondisi ini didasari bahwa pertumbuhan ekonomi AS yang kuat. "Ekonomi tidak memberikan sinyal bahwa kita harus terburu-buru untuk menurunkan suku bunga," kata Powell dalam sambutannya kepada para pemimpin bisnis di Dallas, dikutip dari CNBC International.Perspektif 2: Dampak PPN pada IHSG
Rencana kenaikan PPN sebesar 12% pada 2025 tengah menjadi sorotan masyarakat. Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan penerapan tarif pajak PPN sebesar 12% pada 2025 sudah melalui pembahasan yang panjang dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Semua indikator sudah dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan.Kenaikan PPN diperkirakan akan semakin membebani daya beli masyarakat yang tengah melemah serta ekonomi Indonesia. Dengan kenaikan PPN maka masyarakat harus memberi barang lebih mahal. Padahal, konsumsi masyarakat Indonesia menyumbang 53-56% dari total konsumsi. Alhasil, ketika daya beli semakin terpuruk, maka akan berimbas ke perekonomian Indonesia itu sendiri, mulai dari aktivitas manufaktur yang tak kunjung bangkit, potensi penjualan ritel semakin lesu, dan indeks keyakinan konsumen (IKK) berpotensi kembali lesu.Perspektif 3: Efek Sektor-Sektor pada IHSG
Terpantau seluruh sektor berada di zona merah pada sesi I hari ini, dengan sektor bahan baku dan energi menjadi yang paling parah dan juga membebani IHSG paling besar yakni mencapai 2,59% dan 2,23%.Sementara dari sisi saham, emiten pertambangan batu bara raksasa PT Bayan Resources Tbk (BYAN), emiten pertambangan Grup Salim PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN), dan emiten konglomerasi Prajogo Pangestu PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) menjadi penekan terbesar IHSG masing-masing mencapai 14,4, 9,1, dan 5,7 indeks poin.Ini menunjukkan bahwa kondisi di sektor-sektor tertentu sedang memberikan dampak yang signifikan pada IHSG. Para investor perlu lebih cermat dalam memilih saham-saham yang akan mereka investasikan untuk mengatasi risiko yang mungkin timbul.CNBC INDONESIA RESEARCH[email protected]Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.(chd/chd)Saksikan video di bawah ini:Video: IPO Jumbo-Musim Dividen, Pendongkrak Transaksi BEI Akhir Tahun