Saat ini, Indeks Dolar AS (DXY) menguat hingga 0,11% tepat pukul 15.00 dan berada di posisi 106,325. Hal ini menyebabkan rupiah tertekan karena adanya penguatan dolar. Sentimen utama yang menekan nilai tukar rupiah berasal dari hasil Rapat Dewan Gubernur BI, yang memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan pada level 6%. Gubernur BI Perry Warjiyo menyatakan bahwa Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia memutuskan mempertahankan BI rate 6%. Selain itu, BI juga menetapkan suku bunga Deposit Facility turun menjadi 5,25%, sementara suku bunga Lending Facility diturunkan menjadi 6,75%.
Sebelumnya, konsensus CNBC Indonesia melibatkan 17 lembaga atau institusi, dan mayoritas memprediksi bahwa BI akan memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) ke level 5,75%. Namun, delapan lembaga lainnya memproyeksikan bahwa BI akan mempertahankan suku bunga pada level 6%. Perry Warjiyo juga menyampaikan optimisme terhadap perekonomian nasional, yang diperkirakan tetap tumbuh signifikan hingga akhir tahun. Bahkan, pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan lebih tinggi dibandingkan realisasi kuartal III-2024 yang mencapai 4,95% secara tahunan (year-on-year/yoy). Di sisi lain, investasi diproyeksikan terus meningkat, didukung oleh belanja modal perusahaan serta peningkatan volume produksi dan pemesanan. "Secara keseluruhan tahun, BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada 2024 berada pada kisaran 4,7-5,5%," tutup Perry.
Perry juga mengungkapkan bahwa pelemahan nilai tukar rupiah diakibatkan dengan menguatnya mata uang dolar AS serta berbalikan dengan preferensi investor global. "Pelemahan nilai tukar rupiah diakibatkannya menguatnya mata uang dolar secara meluas dan berbaliknya preferensi investor global dengan pindahkan alokasi portonya pasca pemilu di AS," kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam konferensi pers usai Rapat Dewan Gubernur, Rabu (20/11/2024). Perry menambahkan, dibandingkan dengan posisi akhir Desember 2023 maka rupiah hanya mengalami depresiasi sebesar 2,74%. Jauh lebih baik dibandingkan dengan Dolar Taiwan, Peso Filipina dan Won Korea dengan kisaran 5-7%.
Dalam konteks ini, kita dapat melihat bagaimana perubahan suku bunga dan kondisi pasar internasional berdampak pada nilai tukar rupiah. Perubahan ini tidak hanya mempengaruhi ekonomi nasional tetapi juga memiliki implikasi bagi investor dan pengusaha di berbagai sektor. Oleh karena itu, perhatian dan analisis terhadap perubahan ini sangat penting bagi semua pihak yang terlibat dalam ekonomi.