Pada Senin (2/12/2024) pukul 10.25 WIB, harga minyak dunia jenis Brent mencapai US$72,22 per barel, naik 1% dari posisi sebelumnya. Sementara itu, acuan Amerika Serikat jenis West Texas Intermediate (WTI) menjadi lebih kuat dengan naik 0,54% menjadi US$68,37 per barel. Harga menguat setelah survei resmi menunjukkan bahwa aktivitas pabrik di China tumbuh secara moderat pada bulan kedua November. Ini mengindikasikan bahwa rangkaian stimulus mulai memberikan dampak, meskipun ada ancaman Trump terkait perdagangan.
Data dari Tiongkok sangat penting bagi harga minyak. Namun, ada juga kekhawatiran karena gencatan senjata Israel-Lebanon mungkin tidak dapat berlangsung terus. Tony Sycamore, analis pasar IG di Sydney, mengatakan demikian.
Gencatan senjata antara Israel dan Lebanon mulai berlaku pada hari Rabu. Kedua belah pihak saling menuduh melanggar perjanjian tersebut. Kementerian Kesehatan Lebanon menyatakan bahwa beberapa orang terluka akibat serangan udara Israel di Lebanon selatan. Serangan udara juga meningkat di Suriah, sementara Presiden Bashar al-Assad bertekad untuk menghancurkan pemberontak yang telah memasuki kota Aleppo.
Kondisi ini memberikan dampak yang signifikan pada harga minyak. Peristiwa-peristiwa tersebut membuat pasar minyak menjadi lebih volatil dan mengubah persepsi pasar tentang pasokan minyak di masa depan.
Pekan lalu, kedua acuan minyak mencatat penurunan mingguan lebih dari 3% akibat mereda kekhawatiran terhadap risiko pasokan dari konflik Israel-Hezbollah dan prediksi surplus pasokan pada 2025. OPEC+ menunda pertemuannya hingga 5 Desember dan sedang membahas penundaan kenaikan produksi minyak yang direncanakan mulai Januari.
Perpanjangan pemotongan produksi akan memberi waktu lebih bagi OPEC+ untuk mengevaluasi dampak pengumuman kebijakan Trump terkait tarif dan energi, serta melihat respons Tiongkok. Hal ini akan mempengaruhi harga minyak di masa depan.
Harga Brent diperkirakan rata-rata $74,53 per barel pada 2025 karena kelemahan ekonomi di Tiongkok membayangi prospek permintaan. Namun, pasokan global yang melimpah akan mengimbangi dukungan dari penundaan kenaikan produksi OPEC+ yang direncanakan. Ini merupakan perubahan yang penting untuk dipantau dalam industri minyak.
Ini adalah revisi penurunan ketujuh berturut-turut untuk konsensus global pada 2025, di mana rata-rata harga Brent hingga 2024 sejauh ini mencapai $80 per barel. Perubahan ini akan memiliki dampak yang luas pada berbagai sektor yang terkait dengan minyak.