Pasar
Minyak Mentah Dunia Menguat, Dolar AS Melemah dan Permintaan China Lesu
2024-11-08
Harga minyak mentah dunia mengalami penguatan hampir 1% menjelang akhir pekan, didorong oleh pelemahan nilai tukar dolar AS seiring dengan kebijakan pemotongan suku bunga oleh The Fed. Namun, prospek permintaan yang masih lesu dari China menjadi tantangan tersendiri bagi harga minyak.
Penguatan Harga Minyak Didukung Pelemahan Dolar AS
Penguatan Harga Brent dan WTI
Berdasarkan data Refinitiv, pada penutupan perdagangan Kamis (7/11/2024), harga minyak mentah jenis Brent naik 0,95% menjadi US$ 75,63 per barel. Sementara itu, harga minyak mentah jenis WTI menguat 0,93% ke posisi US$ 72,36 per barel.Pada perdagangan Jumat (8/11/2024), harga minyak cenderung bergerak mendatar, meskipun sempat terkoreksi tipis. Harga minyak Brent turun sekitar 0,32%, sedangkan harga minyak WTI susut 0,40%.Pelemahan Indeks Dolar AS
Penguatan harga minyak kemarin didukung oleh kebijakan penurunan suku bunga oleh The Fed, yang membuat tekanan terhadap indeks dolar AS (DXY) melandai. Indeks dolar pada kemarin melemah 0,75% kembali ke level 104, semakin menjauhi level tertinggi selama tiga bulan terakhir.Biasanya, dolar yang kuat membuat minyak lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya dan cenderung membebani harga. Namun, ketika tekanan dolar ini mereda akibat pemotongan suku bunga, maka aktivitas ekonomi akan mulai pulih diikuti peningkatan permintaan energi.Kebijakan Presiden AS Terpilih
Pasar juga masih mempertimbangkan bagaimana kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) terpilih Donald Trump akan memengaruhi pasokan minyak. Pada masa jabatan pertamanya, Trump memberlakukan sanksi yang lebih keras terhadap minyak Iran dan Venezuela. Langkah-langkah tersebut sempat dicabut oleh pemerintahan Biden tetapi kemudian diberlakukan kembali.Pemangkasan pasokan juga dinilai memberikan penguatan harga. Biro Keselamatan dan Penegakan Lingkungan AS mengatakan di Teluk Meksiko AS, lebih dari 22%, atau 391.214 barel per hari, produksi minyak mentah dihentikan sebagai respons terhadap Badai Rafael.Permintaan China yang Lesu
Di sisi lain, pasar mencermati efek permintaan China yang masih lesu akan menjadi penghambat bagi harga. Tercatat, impor minyak mentah di China turun 9% pada Oktober, menandai sudah keenam berturut-turut yang menunjukkan penurunan secara tahunan.Perlambatan ekonomi China dan kebijakan nol-COVID yang ketat telah berdampak pada permintaan energi di negara tersebut. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi harga minyak mentah global, mengingat China merupakan konsumen minyak terbesar di dunia.Meskipun harga minyak mengalami penguatan dalam beberapa hari terakhir, prospek permintaan yang masih lemah dari China dapat menjadi faktor pembatas bagi kenaikan harga lebih lanjut. Pemulihan permintaan energi di China akan menjadi kunci bagi perkembangan harga minyak mentah di masa mendatang.