Pasar
Rugi Rp 557 M Imbas Boikot, Saham KFC (FAST) Ambruk 20% Sepekan
2024-11-06
Saham emiten pengelola dan pemegang merek dagang KFC di Indonesia, Fast Food Indonesia (FAST), mengalami penurunan yang signifikan dalam seminggu terakhir. Hal ini terjadi setelah perusahaan melaporkan kinerja keuangan yang mengecewakan pada kuartal III-2024.
Kinerja Keuangan FAST yang Memburuk Menjadi Penyebab Utama
Kerugian Besar dan Penurunan Pendapatan
Pada kuartal III-2024, FAST dan entitas anak membukukan rugi periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp557,08 miliar. Kerugian ini membengkak 266,59% secara tahunan atau year on year (yoy) dari periode yang sama setahun sebelumnya sebesar Rp152,41 miliar. Penurunan kinerja bottom line ini tidak terlepas dari kinerja top line yang juga menurun. Tercatat, pendapatan FAST sebesar Rp3,59 triliun pada sembilan bulan pertama tahun ini, turun 22,28% yoy dari setahun sebelumnya Rp4,61 triliun. Semua lini pendapatan FAST pun turut mengalami penurunan, termasuk dari makanan dan minuman, komisi atas penjualan, serta jasa layanan antar.Penurunan Aset dan Penutupan Gerai
Seiring dengan penurunan kinerja keuangan, total aset FAST juga tercatat turun menjadi Rp3,82 triliun pada September 2024, dari Rp3,91 triliun pada Desember 2023. Selain itu, perusahaan juga mengungkapkan bahwa sebanyak 47 gerai restoran telah ditutup sejak akhir tahun 2023 lalu. Hal ini pada akhirnya ikut menekan kinerja keuangan perusahaan.Penurunan Jumlah Karyawan
Dampak dari penurunan kinerja keuangan FAST juga terlihat dari berkurangnya jumlah karyawan KFC Indonesia dan anak usaha. Dalam sembilan bulan terakhir, jumlah karyawan berkurang 2.274 orang. Saat ini Grup KFC mempunyai 13.715 karyawan, turun signifikan dari periode 31 Desember 2023 sejumlah 15.989 karyawan.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja FAST
Manajemen FAST mengungkapkan beberapa faktor yang menjadi penyebab penurunan kinerja perusahaan. Pertama, turunnya daya beli masyarakat yang menjadi penekan kinerja perusahaan. Kedua, dampak negatif dari krisis Timur Tengah yang menyebabkan boikot terhadap merek-merek asal Amerika Serikat, termasuk KFC. Manajemen KFC Indonesia menegaskan bahwa mereka terus mendukung kebijakan pemerintah terkait konflik Timur Tengah.Prospek Ke Depan Masih Belum Jelas
Dengan kinerja keuangan yang memburuk dan berbagai faktor eksternal yang mempengaruhi, prospek ke depan bagi FAST masih belum terlihat jelas. Perusahaan mengungkapkan bahwa proses pemulihan setelah pandemi mengalami perlambatan akibat turunnya daya beli masyarakat. Selain itu, dampak dari konflik Timur Tengah juga masih menjadi tantangan bagi perusahaan untuk mencatatkan pertumbuhan positif.