Pasar
Sritex Tenggelam dalam Lautan Utang: Kisah Kepailitan Raksasa Tekstil Indonesia
2024-10-30
Perusahaan tekstil terkemuka, PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL), telah resmi dinyatakan pailit akibat utang yang mencapai US$1,6 miliar atau sekitar Rp25,01 triliun. Liabilitas yang menggunung ini telah menyebabkan ekuitas perusahaan mencatatkan defisiensi modal sebesar -US$980,56 juta.
Sritex Tenggelam dalam Lautan Utang
Dominasi Utang Jangka Panjang
Berdasarkan laporan keuangan per semester I-2024, liabilitas SRIL didominasi oleh utang jangka panjang, yang mencapai US$1,47 miliar. Sementara itu, liabilitas jangka pendeknya tercatat sebesar US$131,42 juta. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan telah mengalami kesulitan dalam mengelola keuangan jangka panjangnya, sehingga terperangkap dalam jumlah utang yang sangat besar.Utang Bank Menjadi Beban Terbesar
Salah satu pos liabilitas jangka panjang SRIL yang paling besar adalah utang bank, yang mencapai US$809,99 juta atau sekitar Rp12,66 triliun. Hingga paruh pertama tahun ini, setidaknya terdapat 28 bank yang memiliki tagihan kredit jangka panjang atas Sritex. Dari 28 bank tersebut, SRIL paling banyak memiliki kredit dari BCA, dengan total utang jangka panjang sebesar US$71,30 juta atau sekitar Rp1,11 triliun. BCA juga memiliki tagihan utang bank jangka pendek sebesar US$11,37 juta di SRIL.Daftar Kreditur Terbesar Sritex
Selain BCA, beberapa kreditur terbesar Sritex lainnya adalah State Bank of India, Cabang Singapura dengan total kredit sebesar US$43,89 juta, PT Bank QNB Indonesia dengan nilai sebesar US$36,94 juta, Citibank NA, Indonesia dengan total kredit sebesar US$35,83 juta, dan PT Bank Mizuho Indonesia dengan akumulasi kredit sebesar US$33,7 juta. Daftar lengkap 28 bank kreditur Sritex dapat dilihat pada tabel di bawah ini.Upaya Restrukturisasi yang Gagal
Sritex telah berupaya melakukan restrukturisasi utang untuk mengatasi permasalahan keuangan yang dihadapi. Namun, upaya tersebut tampaknya tidak berhasil, sehingga perusahaan akhirnya dinyatakan pailit oleh pengadilan. Keputusan ini tentunya akan berdampak besar bagi seluruh pemangku kepentingan, termasuk karyawan, pemasok, dan investor yang telah mempercayakan dana mereka pada Sritex.