Pada akhir pekan ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penguatan yang relatif kecil. Meskipun sempat mencapai level psikologis 7.000, indeks ini tidak dapat bertahan lama di posisi tersebut. Transaksi hari ini menunjukkan aktivitas yang cukup tinggi dengan nilai transaksi mencapai Rp 11,8 triliun dan sektor energi menjadi penopang utama. Namun, sektor konsumer non-primer menjadi penekan terbesar. Investor masih berhati-hati dalam melihat pasar saham Indonesia, terutama setelah kebijakan The Fed yang dinilai hawkish.
Pada Jumat, 19 Desember 2024, di Jakarta, IHSG ditutup naik 0,09% ke posisi 6.983,86. Meski sempat mencapai level 7.000 pada awal sesi perdagangan, indeks ini gagal bertahan di level tersebut. Aktivitas transaksi mencapai Rp 11,8 triliun dengan lebih dari 18,9 miliar saham berpindah tangan. Sektor energi menjadi pilar utama penguatan IHSG dengan kenaikan 0,61%, sementara sektor konsumer non-primer menjadi penekan utama dengan penurunan 0,74%. Emiten energi baru terbarukan PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) memberikan kontribusi signifikan dengan kenaikan 14,4 indeks poin, sedangkan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) menjadi penekan terbesar dengan penurunan 4,3 indeks poin.
Situasi ini tampaknya dipengaruhi oleh kebijakan Federal Reserve (The Fed) yang memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin ke 4,35-4,50%. Meski pemangkasan ini sesuai ekspektasi pasar, The Fed menegaskan perlunya kehati-hatian dalam penyesuaian kebijakan moneter. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Ketua The Fed, Jerome Powell, yang menekankan pentingnya sikap hati-hati. Beberapa analis menyatakan bahwa IHSG masih berada dalam fase bearish, dengan potensi untuk mencapai level support di 7.000 atau bahkan turun hingga 6.655 jika kondisi ekonomi global semakin memburuk.
Dari perspektif investor, situasi ini menunjukkan adanya ketidakpastian dan kehati-hatian dalam mengambil langkah investasi. Meskipun ada indikasi penguatan, tantangan eksternal seperti kebijakan The Fed dan aliran modal asing yang keluar tetap menjadi faktor utama yang mempengaruhi performa IHSG. Ini menggarisbawahi pentingnya diversifikasi portofolio dan pemantauan kondisi pasar secara kontinu untuk membuat keputusan investasi yang bijaksana.